بِسْÙ…ِ اللّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِÙŠْÙ…ِ

"Nulis yang aku sukai aja, semoga bermanfaat juga buat kalian. Happy reading :)"

Perbedaan dalam Bingkai Toleransi


Sedari kecil, kita semua sudah pasti diperhadapkan dengan banyak perbedaan. Sebelum berbicara tentang perbedaan lebih jauh lagi, ada baiknya kita lihat di sekitar rumah terlebih dahulu. Ada ayah, ada ibu, ada kakak, ada adik. Pada hakikatnya, di dalam rumah, kita sudah belajar untuk mengetahui tentang perbedaan melalui anggota keluarga kita sendiri. 

Perbedaan yang seperti apa yang bisa kita jumpai di dalam rumah?

Hal yang paling mendasar adalah karakter atau kepribadian anggota keluarga kita. Ya, walaupun pada dasarnya seorang anak itu adalah warisan karakter dari ayah dan ibunya, tapi tetap saja ada hal-hal yang berbeda. Dalam artian, tidak ada yang mutlak sama persis. Mengapa bisa demikian? Karena manusia memang diciptakan penuh keunikan yang dilengkapi dengan segudang perbedaan. Tentu banyak hal yang menyebabkan ini bisa terjadi. Beberapa diantaranya seperti perkembangan zaman, sekarang sudah dilengkapi dengan kecanggihan teknologi, sehingga bisa bisa lebih mudah mengakses apapun termasuk dalam hal belajar. Bisa juga karena lingkungan pertemanan, pola asuh kedua orang tua, dan cara setiap pribadi dalam mengembangkan dirinya.

Tentu bukan hanya itu saja. Kerap kali kita dapati juga bahkan sering sekali dalam satu keluarga itu memiliki minat yang berbeda-beda. Misalnya saat si ayah yang lebih suka liburan di area pantai, sedangkan si kakak yang lebih suka mendaki gunung. Sama hal-nya dengan ibu yang lebih suka belanja dan mengoleksi fashion, sedangkan si adik lebih suka berlama-lama di gramedia atau toko buku.

Ya, begitulah perbedaan yang menghiasi hidup kita dalam lingkungan keluarga. Dan bisa dipastikan masih sangat banyak perbedaan yang lainnya. Misalnya seputar selera makanan, kesukaan, fisik, sampai pada cara berpikir dan menganalisis. Perbedaan yang ada ini tentu tidak akan menjadi alasan untuk memunculkan konflik dalam keluarga. Mungkin akan terkesan sedikit aneh jikalau harus memaksa ayah untuk suka mendaki gunung padahal beliau lebih suka liburan di pantai, atau mengajak ibu untuk berlama-lama di toko buku, sedangkan beliau lebih condong pada fashion ketimbang buku. Maka dari itu, dimulai dari lingkungan keluarga saja, tanpa sadar kita sudah belajar tentang cara memahami dan menghargai. Bentuk memahami dan menghargai kita terhadap perbedaan itu ditunjukkan dengan bersikap tidak memaksakan kehendak agar mereka memiliki minat yang sama dengan diri kita.

Itulah perbedaan yang kita jumpai dalam keluarga. Beda lagi saat kita mulai mengenyam pendidikan, maka lingkungan akan semakin luas. Perbedaan yang didapati juga akan seimbang dengan bertambahnya lingkungan kita. Dan satu hal yang pasti, perbedaan yang kita jumpai di lingkungan keluarga, tetap akan dijumpai dimanapun kita berada termasuk di lingkungan sekolah. Tapi tidak sampai disitu saja, lingkungan sekolah akan jadi tempat dengan lebih banyak perbedaan lainnya. Misalnya seperti perbedaan agama, suku, bahasa, yang awalnya mungkin sedikit kesulitan untuk membuat diri kita beradaptasi. Tapi, lama-kelamaan, secara alami akan membawa diri pada tahap untuk memahami juga terkait dengan perbedaan tersebut.

Meski kadang tak jarang dapat menimbulkan konflik atas dasar perbedaan tesebut, tapi tidak menjadikan perbedaan itu sebagai alasan untuk kita enggan bergaul bersama dengan mereka. Sederhananya, seperti ini; 

"Mencari peribadi seseorang yang benar-benar mirip tanpa perbedaan apapun itu adalah kehaluan yang tak diragukan lagi. Diri kita ya diri kita sendiri. Si kembar yang lahir dalam rahim yang sama saja memiliki banyak perbedaan, kok. Pun ketika memiliki beberapa kesamaan, tentu tidak semuanya akan sama persis."

Benar begitu?

Namun, sebagian orang lebih menyukai bergabung dan bergaul dengan sekumpulan orang yang se-frekuensi. Dalam artian seperti berkumpul dengan orang yang memiliki kesamaan hobi, minat, dan tujuan dalam beberapa hal. Tentu ini wajar, karena berkumpul dengan orang-orang yang se-frekuensi itu akan lebih memudahkan kita untuk mencapai tujuan dalam hidup pribadi dan bersama. Misalnya saja, mereka yang memiliki minat berbisnis tentu akan berkumpul dengan para pebisnis. Kurang tepat sasaran jika misalnya memilih untuk berkumpul dengan para pegiat literasi sedangkan mimpi besarnya adalah sukses dalam dunia bisnis. 

Tapi, saat kita menyatukan tujuan bersama dengan orang yang se-frekuensi itu pasti memiliki latar belakang yang berbeda. Perbedaan agama, suku, bahasa dan hal lainnya yang akhirnya menurut kita tak perlu mempermasalahkan hal-hal itu, selama capaian tujuan kita sama dengan mereka. Justru kalau ditelusuri lebih jauh lagi, perbedaan-perbedaan itu akan lebih mendewasakan kita dalam beberapa hal. Misalnya, tanpa sadar dapat memunculkan sikap saling menhargai, saling menghormati, tenggang rasa, yang kemudian dibingkai dalam tolerasi.

template by canva, edited by ViiJourney


Mengapa perlu bertoleransi? Hidup bermasyarakat dengan segudang perbedaan tanpa sikap toleransi akan menciptakan lingkungan masyarakat yang tidak sehat. Akibat tidak memiliki sikap toleransi akan membuat kehidupan masyarakat menjadi tidak rukun dan akhirnya tidak memperoleh kedamaian dalam hidup bermasyarakat. Sedangkan, pada hakikatnya kedamaian adalah salah satu tujuan yang pasti diimpikan dalam hidup bermasyarakat pada umumnya. 

Anggaplah kita semua adalah sebuah puzzle. Dengan keadaan kotak sisi yang tumpul, membutuhkan kotak sisi lainnya untuk melengkapi kita agar bisa utuh sempurna. Begitulah perbedaan yang selama ini hadir dalam kehidupan kita sehari-hari. Perbedaan itu hadir untuk melengkapi kepingan-kepingan hidup kita agar kembali menyatu. Hal inilah yang mengantarkan kita untuk memiliki sikap toleransi. Karena dengan bingkai toleransi ini, akan membawa kita pada kehidupan yang damai dan rukun dalam bermasyarakat. Oleh karena itu, perbedaan tentu bukanlah penghalang bagi kita untuk tetap bersama dengan penuh kedamaian.

Justru perbedaan itu indah. Dengan perbedaan, akan ada pengetahuan baru. Misalnya saja saat berbeda dalam hal budaya, tentu akan memberikan wawasan baru bagi kita tentang budaya mereka. Begitu pula dengan perbedaan bahasa, pendapat, juga agama. KIta hanya perlu menanamkan nilai #MeyakiniMenghargai dengan sepenuh hati bahwa perbedaan itu akan selalu hadir dalam kehidupan, tapi bukan berarti kita dan mereka tak bisa bersama hanya karena perbedaan. 











Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam kenal dari ViiJourney buat semua Sobey yang sempat baca tulisan dalam blog ini. Sini, tinggalkan komentar di bawah. Kita saling sapa :)