بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Nulis yang aku sukai aja, semoga bermanfaat juga buat kalian. Happy reading :)"

Pejuang ESPEDE: Part 2. Pesan Rutin Mama



Hai Sobat Vii! 
Tulisan kali ini bukan tentang share sesuatu yang bisa mendatangkan manfaat yang banyak bagi kalian. Tetapi hanya sekadar curhatan. Ditemani dengan lagu "A Million Dreams", aku mencoba untuk menuliskan curhatan ini. Sebenarnya malam ini akan menjadi malam yang panjang bagiku. Tugas yang harus ku kumpul esok hari sebagai persayaratan untuk penandatanganan laporan P2K ku, belum ku sentuh sama sekali. NB kesayanganku sudah kuletakkan didepanku sejak ba'da magrib tadi, masih belum juga menggugah hati untuk mengerjakan rentetan tugas-tugas itu. Entah mengapa, rasa malas menguasaiku malam ini. Jadilah, tepat pukul 22.10 barulah aku mencoba untuk membukanya. Dan lagi-lagi, bukannya untuk mengerjakan tugas malah membuka akun blogger dan tergugah untuk mengabadikan tulisan ini. 

Motivasi untuk menuliskan ini sih, hanya ingin mengabadikan saja. Karena menurutku ini memang perlu diabadikan *ups* 

Awalnya aku tidak ingin memasukkan tulisan ini dalam cerita perjuanganku meraih gelar ESPEDE. Namun, ku pikir ini juga merupakan salah stau bagian yang penting untuk memudahkan segala perjalananku kedepannya dalam meraih gelar ESPEDE ku. Mungkin hal ini terkesan sepele dan tidak begitu diperhatikan, padahal siapa yang tahu bahwa ternyata pengaruhnya sangat besar dalam memudahkan segala aktivitas kita. Apa itu?

Apalagi kalau bukan untaian doa. Kalian pasti sudah tahu bahwa salah satu doa yang mustajab adalah doa orang tua untuk anaknya. Sejam yang lalu, ponselku berdering dengan nada dering korea yang baru saja kuganti sekitar seminggu yang lalu. Yang mau download nada dering korea, bisa langsung lihat di sidebar sebelah kanan ya (bagi yang membuka postingan ini dengan tampilan PC) atau scroll aja ke bawah, ada widget popular post (bagi yang membuka postingan ini dengan tampilan ponsel) *maap, sedikit mempromosikan postingan yang sudah basi* hahaha

Okay, kembali ke laptop. Kulihat tertulis "MOM Calling". Iya, dialah sosok yang selalu ku panggil Mama. Sosok yang selalu menjadi tempat curhat (akhir-akhir ini) itupun masih dalam ranah perkuliahan. Selebihnya masih kututup rapat. Masih kutunggu waktu yang tepat untuk memberitahukan atau mungkin lebih tepatnya curhat padanya. Perihal apa? Impian mungkin, langkahku kedepan, target bahkan sampai yang bisa dikatakan sensitif *simpulkan sendiri* (bagi mahasiswa akhir pasti tahu lah ya, perbincangan diluar perkuliahan dan dunia kerja).

Perbincangan dengan Mama kali ini membahas tentang Praktik Mengajar (sebutan kerennya KKN) yang akan berlangsung dua hari lagi. Ku ceritakan kondisi disana (baca: lokasi praktik). Segala masukan, saran, nasihat kudapatkan darinya. Mama juga memberitahukan padaku bahwa untuk tetap berhati-hati. Tahu lah, gimana kalau KKN. Pasti tinggal di kampung orang ya kan? Sudah menjadi etika umum yang wajib dietahui agar bersikap sebagaimana mestinya. Intinya tidak berlebihan. 

Perbincangan kurang lebih sejam itupun tidak hanya membahas perihal KKN. Tetapi menyinggung tentang beasiswa ESDUA *yeyy*. Ini adalah salah satu impian yang masih belum bisa kuungkapkan dengan percaya diri kepada kedua orang tuaku. Apalagi targetnya bisa dikatakan *duh bingung caranya untuk mendeskripsikan ini sama kalian* intinya jika kusampaikan kedua orang tuaku lebih memilih untuk menolaknya *semoga tidak ya*.

Betapa senangnya ketika Mama membahas mengenai beasiswa ESDUA. Respon yang diberikan yah gitu. Ada adik juga yang harus dikuliahkan, jika aku mau lanjut ESDUA biayanya gimana. Nah, kuyakinkan bahwa ada beasiswa yang bisa membiayaiku full. Mama masih tidak yakin, karena kuliah itu kan bukan tentang kampus saja ya kan? Ada juga kehidupan diluar kampus, seperti tempat tinggal, biaya makan dan kebutuhan lainnya. Wajar sih. orang tua memang selalu memikirkan segala sesuatu itu secara holistik. Tapi memang seharusnya seperti itu. 

Bagiku, izin dan ridho mereka itu adalah hal yang paling penting. Selebihnya, InsyaAllah akan dimudahkan. Tapi alhamdulillah, intinya perbincangan mengenai beasiswa ESDUA malam ini lumayan *yeey ada harapan*

My brother (Sumber: potret pribadi)

My Mom, My everything (Sumber: potret pribadi)
Memang benar, kita tidak dapat menampik bahwa ridho orang tua itu adalah hal yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan hadits tentang kerihoan kedua orang tua yang artinya:

"Dari Adullah bin Umar r.a berkata, bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "Keridhoan Allah itu di dalam Keridhoan orang tua dan kemarahan Allah itu di dalam kemarahan kedua orang tua." (HR. At-tirmidzi)

Itulah mengapa berbakti dan bersikap yang baik kepada orang tua itu diharuskan bagi kita semua yang berstatus sebaagi seorang anak. Jika ingin Allah meridhoi kita, berarti kita harus meminta dahulu ridho mereka, kedua orang tua kita. Dan sebaliknya demikian. Jika ingin melihat Allah murka dengan kita ya, sudah pasti dengan membuat murka atau marah kedua orang tua kita itu sudah memperlihatkan dengan jelas bahwa kita pun telah membuat Allah marah kepada kita *self reminder*

Bisa melakukan segala aktivitasku di Kota Daeng inipun adalah salah satu bentuk keridhoan kedua orang tuaku. Masih teringat jelas dahulu ketika aku sudah menamatkan pendidikanku di bangku SMA, dan Mama memberitahukan ku (kabar sedih) bahwa aku harus menganggu dulu setahun. Respon yang kuberikan hanya diam, menerawang kehidupanku kedepannya tanpa melakukan apa-apa. Padahal kuliah adalah salah satu keinginanku. Entah mengapa pula, kota pilihan yang menjadi tempatku untuk bercengkerama dengan dunia rantau adalah kota ini. Kota Makassar. 

Seketika kabar itu diberitahukan kepadaku, aku hanya diam. Diam saja. Namun aku menangis sejadi-jadinya di belakang mereka. Sembari memikirkan hal-hal apa saja yang akan aku lakukan nantinya jika tidak menempuh pendidikan di tingkat Perguruan Tinggi, aku pun tetap melakukan aktivitasku dalam mengurusi dunia perkuliahan. Mendaftar online, memilih jurusan, menentukan tenpat ujian dan mempersiapkan jadwal ujian SBMPTN kala itu. Semua tempat kupusatkan di Kota Makassar. 

Selang beberapa minggu, entah mengapa Mama seakan memberikan sinyal kepadaku agar tetap bisa kuliah. Dan fix. Betapa senangnya aku. Tetapi mereka menyarankan aku untuk kuliah di Palu atau di Luwuk saja. Aku tidak menanggapi dengan serius, karenan memang aku sangat ingin kuliah di Makassar. Alasan dan senjata yang kugunakan adalah karena aku sudah terlanjur mendaftar di Makassar, dan jurusan yang ku inginkan tidak ada di Palu dan Luwuk (baca: jurusan teknik informatika). 

Dari situlah, kedua orang tuaku melihat keseriusanku bahwa aku benar-benar ingin kuliah. Hingga mereka pun mengizinkanku untuk pergi ke Kota Daeng ini, seorang diri. Ya, sorang diri. Jika teman-temanku yang lain mesti diantarkan oleh orang tuanya aku hanya pergi sendiri ke Kota yang belum pernah sama sekali ku kunjungi ini. 

Perjuangan. Lagi-lagi perjuangan. Alhamdulillah, cerita diatas hanya menggambarkan sedikit tentang perjuanganku bisa kuliah disini (baca: Kota Makassar). Janjiku pada diri sendiri yang harus membbiayai kuliahku sendiri masih tidak bisa kuwujudkan. Pernah dalam perjalananku ke Makassar ini, aku bertekad untuk membiayai kuliahku sendiri nantinya jika sudah semester tiga. Nyatanya, hingga diujung perjuangan ku mengejar gelar ini pun masih menggunakan uang kedua orang tuaku *Astaghfirullah, maafkan....*

Mengambil jurusan ini pun (baca: PGSD) adalah salah satu bentuk untuk membuat senang orang tuaku. Terutama Mama. Karena jurusan ini yang paling mudah atau leih tepatnya paling cepat terangkan menjadi PNS, katanya. Meski bukanlah jurusan yang sangat-sangat kuinginkan, justru semakin kesini membuatku nyaman dengan jurusan ini. *Thanks's Mom*

Suatu kesyukuran, karena kedua orang tuaku memberikan kepercayaan yang besar kepadaku. Pernah suatu ketika aku izin untuk mencari kerja, mengikuti organisasi dan hal lainnya. Satu pesan Mama yang ku pegang mulai dari dulu sampai sekarang adalah "Kamu sudah dewasa, tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Yang penting tidak menganggu kuliah dan tetap jaga diri". Satu kalimat itu, yang selalu menjagaku. Setiap langkah, pilihan, keputusan dan apapun itu. Kalimat bijak itu yang mengingatkanku dan menjagaku dari kerasnya kehidupan di Kota Perantauan ini.

Berdasarkan kalimat itu pun aku percaya bahwa Kedua orang tuaku, khususnya Mama percaya bahwa segala kegiatan yang ku lakukan adalah baik. Terimakasih, terimakasih... :)

Selain itu, Pesan Rutin Mama lainnnya yang tanpa kusadari jika kuingat-ingat lagi, selalu Mama ucapkan. Ah tidak, lebih tepatnya mengingatkan. Apa itu?

"Jangan tinggalkan shalat dan ngajinya". 

Sama halnya dengan malam ini. Perbincangan kami diakhiri dengan Pesan Rutin Mama seperti biasanya. Hal ini pula yang menggugahku untuk mengabadikannya dalam sebuah cerita dengan label Pejuang ESPEDE. Karena bagiku, doa kedua orang tuaku adalah salah satu nikmat yang diberikan oleh-Nya untuk memudahkan perjalananku dalam meraih gelar ESPEDE.

Mari berbagi cerita tentang kisah hebat perjuangan kalian dan abadikanlah dalam tulisan. Kisah yang telah dirangkai oleh Allah sedemikian rupa, yang jika diingat kembali dapat menyadarkan kita bahwa nikmat Allah itu, TAK TERDUGA :)

Yang harus kalian tahu bahwa, meminta sesuatu hal hanyalah kepada-Nya. Dan Dia lah satu-satunya Dzat yang Maha Mendengar dan Mengabulkan doa-doa hamba-Nya. Dan itulah cerita tentang keridhoan orang tua yang kumiliki dan semoga Allah pun meridhoinya. InsyaAllah......

Hampir dua jam lamanya ku bertempur dengan kalimat-kalimat ini. Sepertinya aku harus menyudahi pertempuranku kali ini. Masih ada yang harus kuselesaikan (baca: tugas) untuk persiapan esok hari. Maafkan jika terdapat typo dan aturan penulisan yang belum diperbaiki, InsyaAllah jika ada waktu luang akan kuperbaiki. Nantikan postingan selanjutnya ya. Pantau terus ceritaku tentang Pejuang ESPEDE hingga mencapai gelar ESPEDE. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam kenal dari ViiJourney buat semua Sobey yang sempat baca tulisan dalam blog ini. Sini, tinggalkan komentar di bawah. Kita saling sapa :)