بِسْÙ…ِ اللّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِÙŠْÙ…ِ

"Nulis yang aku sukai aja, semoga bermanfaat juga buat kalian. Happy reading :)"

Episode Mengikhlaskan: Tenang yang Kudamba


Alhamdulillah, alhamdulillah...

Judul ini jadi cerita pertama edisi maret, yang akan membersamai prosesku menjadi jejak dalam episode mengihklaskan versiku. 

Mengikhlaskan itu nggak mudah, bener? Ikhlas yang sebenar-benarnya ikhlas itu perlu diperjuangkan. Memperjuangkannya pun kadang kita harus berdrama dengan air mata, pikiran yang nggak karuan, bahkan bisa sampai terpuruk sekalipun. Umumnya seperti itu. Tapi, beberapa waktu yang lalu aku nggak sengaja ngeliat postingan instagram yang isinya percakapan yang mengandung nasihat. 

Kira-kira seperti ini;
Seseorang bertanya kepada ustadz tentang cara melupakan seseorang dalam hidupnya. Dan, beliau si ustadz menjawab dengan tegas. Jawabannya, hapus semua tentangnya. Hapus kontaknya, hapus kenangannya, hapus semua sosial medianya, minta sama Allah untuk dimudahkan dalam prosesnya. 

Selama ini, karena memikirkan bahwa menghapus segalanya adalah bentu keegoisan diri, menganggap bahwa hal itu adalah tindakan yang ngga semestinya dilakukan karena merasa bahwa itu sama dengan memutuskan tali silaturahim, aku sampai mengabaikan itu. Imbasnya, hatiku masih saja tidak tenang. Terkadang, hatiku masih terpaut sesekali dengan segala yang pernah terjadi. Padahal selama ini aku berusaha untuk mengikhlaskan bukan melupakan. Tapi, entahlah mengapa bisa demikian.

Sampai akhirnya aku berani untuk mencoba semua hal dalam percakapan sederhana yang kubaca tempo hari melaui instagram, dan efeknya benar-benar luar biasa. Hingga tak ada lagi yang bisa aku katakan selain, alhamdulillah, inilah tenang yang kudamba selama ini. 

Episode mengikhlaskan kali ini benar-benar menguras pikiran, semuanya jadi buyar tak karuan. Ketenangan hidup yang pernah kurasakan seketika lenyap hanya karena pikiran yang tak bisa kualihkan dari mereka. Aku akui, episode mengikhlaskan adalah yang paling sulit. Kuawali semuanya dengan sabar, karena ternyata segala hal yang aku inginkan tak sesuai dengan apa yang Allah rencanakan untukku. Husnudzan kepada-Nya sudah jadi suplemenku setiap hari. Kemudian aku bersyukur atas semua hal itu, aku mengingat kembali hal-hal yang bisa ku syukuri atas segala hal yang menimpaku. 

Lalu, setelahnya adalah ikhlas. Nyatanya tahapan ini adalah yang paling berat. Mengikhlaskan semuanya, meski sabar dan syukur sudah kulalui dan sudah kumaknai baik-baik. Pada kenyataannya, episode ikhlas ini adalah aplikasi dari apa yang telah dipelajari pada episode sebelumnya. 

Ah, sungguh. Semangat untuk semua para pejuang ikhlas. Semangat menempuh perjalanan rumit di episode ini. Mungkin kalian terkejut karena munculkan episode ini yang tiba-tiba aku bahas tanpa menceritakan episode sabar dan syukurku. Lain waktu, yah. 

Aku berniat untuk menjadikan ini sebuah naskah, aku ingin mengabadikan momen-momen perjuangan ini. Sampai akhirnya aku menemukan episode setelah ikhlas. Kira-kira apa ya? Ah, aku penasaran. Sungguh, aku selalu penasaran sama semua skenario yang Allah siapkan untukku. Aku selalu deg-deg-an menanti semua episode-episode itu. 

Karena ketenangan yang kudamba kini telah ku genggam, maka aku bisa menjalani hari-hariku dengan lebih memperbanyak waktuku untuk selalu me time dengan penciptaku. Dan, kau tahu? Ternyata, saat dirimu mampu menceritakan tentang semua hal yang kamu alami tanpa beban sedikitpun, artinya kamu telah berhasil melewatinya. Indikator berhasilnya adalah mampu menceritakannya dengan luwes, dan berpikir sampai pada tahap; yaudah lah ya. 

Doakan aku ya teman-teman, agar setiap episode yang berhasil aku lewatkan bisa aku bagikan dalam sebuah naskah. Semoga kelak bisa memberikan manfaat untuk setiap jiwa yang patah lalu berusaha untuk mengumpulkannya agar kembali utuh.

1 komentar:

  1. Aahhh Bunda Vista aku lagi ada diepisode ini 😭

    BalasHapus

Salam kenal dari ViiJourney buat semua Sobey yang sempat baca tulisan dalam blog ini. Sini, tinggalkan komentar di bawah. Kita saling sapa :)