بِسْÙ…ِ اللّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِÙŠْÙ…ِ

"Nulis yang aku sukai aja, semoga bermanfaat juga buat kalian. Happy reading :)"

Kendalikan Gaya Hidup Millenials, Pastikan untuk Melek Literasi Ekonomi



Berbicara soal literasi ekonomi bukanlah hal yang tabu untuk dibahas. Terlebih lagi jika menyangkut soal gaya hidup millenial yang cukup membuat kita terkadang sampai geleng-geleng kepala. Mungkin kalian pernah mengalami hal yang sama, kala kebutuhan bulanan sudah habis dan waktunya untuk nyetok, mengharuskan kita datang di supermarket langganan terdekat. Beberapa diantaranya, karena sudah begitu hapal dengan rincian kebutuhan bulanan, membuatnya tak perlu lagi membuat list kebutuhan yang harus dibeli. Beberapa lagi diantaranya, memilih untuk mencatat karena merasa bahwa daya ingatnya tak begitu jernih. 

Tapi, yang paling penting ingin penulis tanyakan, 

"Apakah saat tiba di supermarket, semua yang masuk dalam keranjang belanjaan adalah benar-benar sesuai dengan kebutuhan?"


Tidak sedikit pasti akan menjawab tidak. Bahkan ada yang mengakui dengan sangat antusias bahwa semua yang masuk dalam keranjang belanjaan, melebihi dari kebutuhan. Padahal tujuan awal hanya ingin belanja kebutuhan saja. Sadar atau tidak sadar, saat sampai di rumah, mulai merasa aneh dengan barang belanjaan yang ada di depan mata kala menata rapi semua belanjaan. Mengapa? Sejenak berpikir soal kebermanfaatan barang belanjaan yang dibeli diluar dari kebutuhan pokok.

"Ngapain beli ini tadi, ya? Padahal nggak butuh-butuh amat," batinnya.

Memenuhi hasrat keinginan nyatanya lebih mudah ketimbang dengan mengendalikan untuk tidak memenuhinya. Tentu hal ini akan berdampak kurang baik bagi kehidupan pribadi seseorang, manakala tak mampu membedakan mana hal yang jadi prioritas dan belum masuk dalam kategori yang harus diprioritaskan. Singkatnya, biasa disebut dengan kebutuhan dan keinginan. 

     
Percaya atau tidak percaya, nyatanya keinginan dapat membuat seseorang gagal menjadi pribadi yang melek akan literasi ekonomi. Mengapa bisa dikatakan demikian? Pribadi yang selalu mengedepankan keinginan, belum tahu pasti dari perbedaan keinginan dan kebutuhan. Dua hal ini adalah poin penting yang harus dipahami agar bisa jadi pribadi yang cerdas literasi ekonomi. Entah itu dalam mengelola keuangan hasil jerih payah sendiri, atau yang sumbernya masih dari orang tua. 

Sayangnya, edukasi akan literasi ekonomi sama sekali tak pernah diajarkan di bangku sekolah. Entahlah, jika ada beberapa mata pelajaran yang mencoba untuk menjurus pada bahasan literasi ekonomi. Yang pasti, pengelolaan keuangan yang penulis dapatkan semua murni dipelajari secara otodidak. Belajar dengan membaca artikel, menonton channel youtube dengan topik finance, dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Bagian paktik adalah bagian yang paling sulit. Benar mengangguk paham saat belajar teori, namun bukan hal biasa kalau praktik kadang tak senyaman mendengarkan teori. Oleh karenanya, literasi ekonomi patut dimiliki oleh generasi millenial saat ini. 

Sebenarnya, mengelola keuangan sudah diterapkan sejak kecil tanpa disadari. Misalnya saja, kala mendapat uang saku untuk jajan di sekolah sebanyak lima ribu rupiah. Maka, mau tidak mau, uang saku sebanyak lima ribu rupiah itu harus cukup. Bagus kalau jajan hari itu tidak sampai menghabiskan lima ribu rupiah, maka sisanya akan ditabung. Ini termasuk dalam salah satu contoh kecil mengelola keuangan yang diajarkan oleh kedua orang tua kita sejak kecil.

Namun, sangat berbeda dengan ukuran orang dewasa, atau lingkaran mahasiswa. Penulis mengambil contoh kehidupan dari kebanyakan yang merasakannya pada saat sudah duduk di bangku kuliah. Meski tidak sedikit pula yang sudah merantau sejak duduk di bangku SMP dan SMA. Bagi mereka yang sudah melepas diri, maksudnya memilih untuk hidup lebih mandiri, maka pengalaman untuk mengelola keungannya dapat dikatakan sudah naik satu tingkat dibandingkan dengan yang masih tinggal bersama dengan orang tua. 

Mengapa bisa demikian?

Kalian bisa membayangkan, bagaimana seorang perantau akan mengelola semua kebutuhannya di kota rantau yang tak pernah lepas dari uang? Saat mengelola keuangannya untuk kebutuhan pokok seperti kebutuhan pangan, kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan sekolah atau kuliah, kebutuhan yang menunjang lainnya seperti transportasi dan sebagainya. Semua harus diatur agar cukup dalam jangka waktu tertentu, ada yang sebulan, per dua pekan, bahkan per pekan.

Hidup di kota rantau, mengatur semua kebutuhan secara mandiri itu tidaklah mudah. Sedikit lebih sulitlah, dibandingkan dengan tinggal bersama dengan orang tua. 











Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam kenal dari ViiJourney buat semua Sobey yang sempat baca tulisan dalam blog ini. Sini, tinggalkan komentar di bawah. Kita saling sapa :)