بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Nulis yang aku sukai aja, semoga bermanfaat juga buat kalian. Happy reading :)"

Desa Rompegading: Tempat Berkisah dalam Nuansa Pendidikan dan Pengabdian


Hai Sahabat ViiJourney!
Postingan kali ini aku akan berbagi tentang sebuah perjalanan yang berfaedah. Mengapa aku bilang berfaedah? Karena ini adalah salah satu perjalananku saat berstatus sebagai relawan dalam komunitas pendidikan. Jadi perjalanan ini sangat membekas, karena ini adalah pertama kalinya aku melakukan perjalanan yang dibarengi dengan pendakian untuk sampai di lokasi pengabdian. Menurut teman-temanku, pendakian seperti itu belumlah apa-apa dibandingkan dengan pendakian yang pernah mereka lalui. But, bagiku itu luar biasa. Hm, mungkin pengaruh dari 'belum pernah mendaki' itulah yang membuatku berpikir hingga pada tahap 'lebay' bagi mereka. Entahlah! Jadi perjalanan y mulai dari titik kumpul itu menghabiskan waktu selama empat jam lah. Tiga jam naik motor, lalu satu jam habis di pendakian menuju desa pelosok yang akan didatangi. Lelah? Jangan ditanya lagi. Lumayan pokoknya. Hahaha

Kegiatan relawan ini rutin dilakukan setiap bulan, jadi sistemnya adalah setiap bulan open recruitment relawan baru untuk angkatan baru pula. Kami yang sedang berproses sebagai relawan baru kala itu berjumlah dua belas orang untuk satu angkatan yaitu angkatan 27. Tapi dalam perjalanan ke lokasi, kami berjumlah lima belas orang jika dikalkulasikan jumlahnya dengan kakak-kakak relawan lama.  

Saat pendakian, aku sampai hampir menyerah ditengah pendakian kami karena rasanya aku sudah kehabisan napas dalam perjalanan. Perjalanan kali ini aku mengendong tas ransel yang berisi beras sekitar dua liter dan perlengkapan lainnya yang kubutuhkan di lokasi seperti pakaian ganti, alat mandi, alat sholat dan perlengkapan lainnya yang tak perlu kusebutkan satu per satu. Kegiatan ini berlangsung selama lima hari berturut-turut. Jadi kegiatan utama kami di lokasi itu adalah mengajar. Akan kudeskripsikan sedikit mengenai keadaan sekolah disana. Lokasi bertempat di Desa Rompegading, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros.

Ruangan Kelas Kami yang hanya ada Satu Ruangan saja (Sumber: potret pribadi)
Sekolah ini berdiri di bawah naungan yayasan. Ruangan kelasnya hanya ada satu saja, yaitu Rumah Zakat. Sebelum ke lokasi, kami dibekali oleh kakak-kakak relawan sebelumnya seperti pemberitahuan situasi dan kondisi sekolah di lokasi pengabdian. Jadi kami sudah mengetahui sedikit seluk beluk sekolah tersebut hingga siswanya. Siswa yang aktif sekolah berjumlah dua belas orang saja yang belajar dalam satu ruangan. Dalam perkuliahan saja, aku belum pernah mendapatkan atau istilahnya diberikan simulasi untuk pembelajaran kelas rangkap dengan model enam kelas dalam satu ruangan. Paling banyak adalah model dengan tiga kelas dalam satu ruangan. Itu saja menurutku sudah sangat darurat, bagaimana dengan keadaan di sekolah ini? Aku tercengang saat pertama kali diceritakan tentang keadaan di lokasi. Memang benar, terkadang semua yang kita perlajari di bangku perkuliahan tak semulus saat kita mempelajari teori dengan cermat. Semua memang butuh praktik lapangan di dunia nyata agar tahu hasil dan faktanya. Apakah benar seperti yang diiming-imingkan dan sesempurna teori yang ada? Jarang, sangat jarang. Kebanyakan pasti melesat dari teori yang dipelajari.

Kembali lagi, masih dalam pendakian. Aku pikir, pendakian berakhir hanya dalam perjalanan saja. Namun ternyata dugaanku salah besar. Aku sampai lupa bahwa lokasi pengabdian yang didatangi ini memang bagian pegunungan yang memang semua perjalanannya adalah pendakian. Oh, sangat melelahkan. Bayangkan saja, perjalanan ke tempat yang menjadi pusat kegiatan masyarakat harus dilalui dengan pendakian. Kita harus berdrama dulu dengan jalanan yang ditempuh, bersiap-siaplah untuk terlihat seperti orang yang kehabisan napas. Luar biasa. Jadi kami pun sebagai pengajar yang akan mengajar di sekolah tentu saja harus mendaki terlebih dahulu. Mengajar ngaji di masjid pun harus mendaki juga. Semua kegiatan diluar rumah ya harus mendaki. Terkadang, aku suka merenungi perjalananku sendiri dalam pendakian saat pergi ke sekolah. Mengingat semangat adik-adik bninaan dalam bersekolah, seakan menyentil hati kecilku.

"Sudahkah aku bersyukur selama ini? Dengan keadaanku yang bersekolah di sekolah yang lumayan bagus, banyak kawan, ruangan kelas lengkap, ada perpustakaan dan ruangan lainnya."

Yang sempat terlintas dalam benakku adalah adik-adik disini benar-benar luar biasa. Bayangkan saja, mereka setiap hari ke sekolah dengan keadaan jalan yang memang harus dilalui dengan pendakian. Belum lagi, jumlah mereka yang hanya dua belas orang itu belajar dan terima pembelajaran dari Ibu Guru Mia yang setiap hari memang hanya beliau yang setia mengajari mereka.

"Apakah kalian yang membaca deretan kalimat ini pernah mengalami hal serupa? Pergi ke sekolah harus mendaki terlebih dahulu, segala aktivitas dilakukan dengan keadaan jalan yang mengharuskan untuk mendaki terlebih dahulu?"

Paling menyentuh juga kisah Ibu Mia yang rela jadi honorer sudah hampir sepuluh tahun ini. Saat diwawancarai, beliau dulu pernah punya partner ngajar di sekolah ini tetapi teman tersebut memilih berhenti karena selama menjadi tenaga pengajar tidak pernah dibayar sekalipun. Oleh karena itu, sampai sekarang guru yang masih setia mengajar hanyalah Ibu Mia. Sempat sih, iseng bertanya lagi sama beliau terkait dengan tanggapannya tentang fee ngajar tersebut. Beliau hanya menanggapi dengan kalimat "Saya tidak apa-apa, dibayar ya alhamdulilah tidak dibayar pun sama sekali tidak masalah. Hal ini saya lakukan untuk mengisi waktu dan senang melihat anak-anak belajar dengan sungguh-sungguh. Cuma itu saja."

MasyaAllah....
Potret kami para relawan angkatan 27, bagian ini kurang lengkap. Kak Wahyu tidak ada (Sumber: potret pribadi)


Begitu banyak kisah yang mengharukan di tempat ini. Menjadi relawan pendidikan bagiku bukanlah hal yang sia-sia. Aku bisa mengeksplor diri, transfer ilmu dan belajar untuk mensyukuri nikmat karena masih bisa berbagi dengan anak-anak yang berada di pelosok. Aku juga bisa menambah pengetahuanku tentang karakter anak-anak. Sebagai pengajar, itu sangat perlu. Mengenali diri anak anak sebelum memberikan materi ajar. Berfaedah lagi, kan? Paling gereget banget dapat anak didik yang benar-benar susah diatur. Pertama kalinya, aku menemukan karakter anak yang seperti dia. Jadi dia tipe anak yang bisa dibilang tidak memiliki motivasi dalam diri untuk bersekolah dan belajar. Yang kupelajari sih, dia berpikir bahwa "untuk apa sekolah ka? Toh, jadi petani ji juga nanti kalo besar ma," katanya dengan menggunakan aksen khas daerahnya. Kalimat tersebut dimaknai bahwa baginya sekolah itu tidak penting jika pada akhirnya saat dewasa nanti tetap akan menjadi seorang petani yang bekerja di sawah dan berkebun. Makna kalimat tersebut juga mengarah pada hal yang menegaskan bahwa dunia petani itu tidak perlu berhitung, membaca dan sejenisnya seperti yang didapatkannya di bagku sekolah.


Menurutku, si adik ini perlu penanaman konsep belajar yang sesunguhnya. konsep belajar seperti, mengapa sih kita harus belajar? Untuk apa belajar membaca dan berhitung? Impact-nya bagi masa depan itu apa? Pentingnya belajar itu apa buat kita? Bukan hanya sekadar memberikan materi lalu sudah berlalu begitu saja. Hal ini juga kusadari saat beberapa relawan yang mulai menyampaikan keluhan-keluhan nya tentang si adik ini. Becerita tentang si adik yang susah diatur, tata krama yang masih kurang dan sikap yang meremehkan pelajaran di sekolah dengan dalih tidak penting itu cukup menjadi perbincangan yang menarik di kalangan kakak-kakak relawan. Terkadang ada rasa kasihan terselip untuknya. Dia hanya butuh bimbingan lebih, dia hanya butuh perhatian yang lebih. Kenakalannya bukan menjadi alasan bagi kita untuk lelah dalam mendidik dan memberikan pemahaman yang benar kepada si adik.

Kegiatan belajar-menhajar diluar ruangan bersama adik-adik binaan kelas II (Sumber: potret pribadi)
Namun, waktu lima hari yang kami habiskan di lokasi tentu masih belum cukup jika digunakan untuk mengubahnya seperti yang diinginkan. Dalam kurun waktu yang sesingkat itu, kami jadikan ajang untuk lebih saling mengenal karakter diri masing-masing. Mencoba memperkenalkan diri dan mengenal mereka lebih jauh lagi. Sehingga kami belum bisa berbuat banyak dan berbagi lebih banyak lagi untuk adik-adik dilokasi binaan. Meski kegiatan pokok kita adalah mengajar, sesampai kami di lokasi tentu tidak hanya stagnan mengajar saja, kami juga sudah menyiapkan kegiatan outdoor yang tidak kalah menarik untuk diikuti oleh adik-adik.

Kegiatan tambahan yang dimaksud seperti kelas inspirasi alam dan kelas kreativitas dikombinasikan dengan permainan-permainan seru bersama dengan mereka. Adik-adik sangat antusias berpartisipasi dalam kegiatan ini. Pada saat itu, aku bertanggung jawab untuk kelas kreativitas. Dalam kelas ini, aku membentuk tiga kelompok yang setiap kelompok nanti akan bekerja sama menghasilkan sebuah karya kreativitas. Jadi aku sudah menyiapkan konsep lengkap dengan bahannya, adik-adik cukup memperhatikan lalu mengikuti cara kami membuat kreativitas. Bentuk kreativitas yang dibuat berupa bunga yang lengkap dengan vasnya dan membuat mozaik. Ohiya, aku lupa. Pembagian kelompok kusesuaikan dengan jenis kelamin. Karena untuk membuat bunga dan vasnya aku khususkan untuk yang perempuannya saja.
Kegiatan Kelas Inspirasi Alam (Sumber: potret pribadi)


Karya Mozaik Adik Fahrul (Sumber: potret pribadi)
Antusias tersebut ternyata bukan hanya dari adik-adik saja, melainkan kakak-kakak relawan juga tak mau kalah untuk membuat kreativitas tersebut. Sehingga karya yang tadinya diperkirakan hanya akan jadi tiga buah saja, kami berhasil membuat sampai lima karya. Satu vas bunga dan empat mozaik. Yeeey. Alhamdulillah....

Pokoknya semua kegiatan terasa berarti, waktu lima hari rasanya berlalu seperti hanya lima jam saja. Lebay, yah? Ah, tidak. Memang benar demikian. Hari terakhir disana juga tidak kalah serunya. Hari terakhir ini kami tidak mengadakan kegiatan belajar mengajar, melainkan fokus untuk bermain di lokasi outbond. Sebelum outbond, kami melakukan senam pagi bersama untuk semua kakak-kakak relawan yang berada di lokasi. Kemudia dilanjutkan outboud dengan dua jenis permainan yang seru banget. Permainan tiup bola pimpong diatas air dalam gelas dan bermain lempar balon yang berisi air kemudian dilemparkan ke belakang.
Kegiatan bermain bersama adik-adik sore hari setelah mengaji bersama (Sumber: potret pribadi)
Kegiatan main kucing dan tikus bersama adik-adik setelah melakukan Kelas Inspirasi Alam (Sumber: potret pribadi)

Kisah perjalanan kali ini akan kuakhiri sampai disini dulu yah. Terimakasih untuk semua kakak relawan Sikola Inspirasi Alam yang memberikan kesempatan kepadaku untuk berbagi dan berkisah tentang kehidupan selama lima hari. Aku tak akan mampu berkisah jika lima hari itu tak kulalui di lokasi. Terimakasih untuk adik-adik binaan Sikola Inspirasi Alam yang memberikanku banyak pengalaman berharga, menjadikanku pribadi yang bisa lebih bersyukur lagi. Jika kalian berpikir bahwa kedatanganku membantu kalian disana, justru aku sama sekali tidak berpikir demikian. Justru aku yang mampu berubah banyak atas rentetan peristiwa yang kulalui disana bersama kalian. Jangan khawatir, aku akan kembali kesana. Tempat yang sangat berkesan bagiku.

Relawan Sikola Inspoirasi Alam bersama adik-adik binaan (Sumber: potret pribadi)

Terimakasih juga kepada Blogger Makasar yang telah mengadakan blog challenge ini dengan tema perjalanan. Karena dengan challenge ini, aku semakin bersemangat untuk segera menyelesaikan tulisan yang telah beberapa waktu menanti untuk diterbitkan.

Terimakasih juga untuk para reader setiaku, Sahabat ViiJourney jikalau masih ada. Hihihi

Ohiyya, buat teman-teman reader yang penasaran ingin lihat dokumentasi perjalanan kami angakatan 27 bisa langsung lihat di youtube Sikola Inspirasi Alam. Kami, relawan SIA Angkatan 27. Selamat menonton. *Eh hahah*


Wassalamu'alaikum wr. wb








4 komentar:

  1. Salut.
    Keep istiqomah jadi relawan ya. In syaa Allah berbuah amal jariyah. 😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kak. Btw, sangat terharu baca komentar kakak. Kenalin kak, aku anggota baru di AM. heheh

      Hapus
  2. luar biasa kisah ibu mia sangat inspiratif dan masih loyal hingga sekarang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget kak. Aku juga salut banget sama beliau.

      Hapus

Salam kenal dari ViiJourney buat semua Sobey yang sempat baca tulisan dalam blog ini. Sini, tinggalkan komentar di bawah. Kita saling sapa :)