Pertama kalinya. Aku membuat tulisan edisi Juni. Sebenarnya, aku masih aktif menulis namun bukan lagi di blog. Entah mengapa, semangat menulis akhir-akhir ini sangat minim. Miris. Rasanya tak pantas memiliki iming-iming yang besar ketika aksi saja sukar untuk dikendalikan. Ah! Bukan aksi, namun rasa malas. Ya, benar. rasa malas yang sangat sulit untuk dikendalikan.
Padahal, setiap hari aku memiliki cerita yang tak kalah menarik untuk diabadikan dalam tulisan. Namun, hanya tersimpan dalam memori saja. Sudah tentu akan terhapus nantinya. Apalagi memori itu tersimpan dalam ruang yang terserang penyakit lupa. Pastilah akan terhapus seiring dengan berjalannya waktu. Entah itu esok, lusa, satu minggu kemudian, satu bulan kemudian dan seterusnya. Atau bahkan bisa lebih cepat dari waktu yang kusebutkan.
Tulisan pembuka Juni kali ini, semoga bisa mengobati kemalasan diri dalam merangkai kalimat di blog kesayanganku ini. Tak perlu obat yang langsung memberikan kesembuhan dengan cepat lalu kambuh lagi. Cukup bertahap. Perlahan saja, biarpun lama tak apalah. Asalkan suatu hari nanti bisa menyembuhkan dengan total dan tak kambuh lagi tentunya.
Itu hanya sebatas harapan. Ya, harapan semu.
Sebenarnya aku tahu sih, cara ampuh untuk melawan kemalasan dalam diri. Cukup bangun, bergerak dan kerjakan. Pada saat mengerjakannya pasti kau akan ketagihan dan lupa waktu. Seperti diriku yang saat ini tengah merangkai kalimat untuk memenuhi tulisan pembuka Juni ini. Tapi, kau tahu? Yang paling sulit adalah memulai. Ya, benar. Memulai itu adalah bagian yang paling sulit untuk dilakukan. Disitulah tantangan terbesar melawan kemalasan dalam diri.
Namun, hari ini aku berhasil. Melawan kemalasan yang melandaku hampir dua bulan lamanya yang membuatku enggan untuk merangkai kalimatku. Sekarang pun, menengok blog kesayanganku ini barang sejenak saja, sudah tak pernah lagi. Kau mungkin akan mencaci makiku. Ah! Tidak. Sdepertinya aku yang terlalu su'udzon. Tapi ketahuilah! Setengah jam yang lalu adalah saat-saat tersulit bagiku. Memulai tulisan ini dengan sapaan. Sapaan yang tak sehangat dulu ketika menyapa. Seperti ada rasa sedikit canggung, mungkin. Tapi, ada yang aneh. Semakin aku mencoba untuk terus merangkai kalimat demi kalimat, akhirnya semua mengalir begitu saja.
Pikiranku sedang berbahagia. Sehingga memudahkanku untuk menyusun kalimat-kalimat ini. Menyusunnya dengan rapi sedemikian rupa, agar elok dibaca.
Terimakasih untuk reader setiaku, maafkan aku yang belum bisa menghadirkan konten artikel yang bermanfaat banget buat kalian :)
weits keren
BalasHapus