
Halo sahabat ViiJourney!
Postingan kali ini aku hanya ingin bercerita. Mengajak kalian untuk senantiasa menjadi penulis sekaligus pembaca yang bijak. Entah kalian sebagai penulis atau pembaca, semoga ini bisa bermanfaat. Penulis dan Pembaca yang bijak itu seperti apa sih? Nah, simak postingannya sampai akhir biar kalian tahu dan semoga bisa diterapkan nantinya. Jika kalian sudah termasuk dalam kategori penulis dan pembaca yang bijak, jangan lupa berbagi kepada yang lain agar semua juga bisa menjadi seperti kalian si penulis dan pembaca yang bijak.
![]() |
Sumber: canva.com |
Keistimewaan zaman sekarang, mampu memberikan kemudahan yang hakiki bagi pengguna internet. Era digital tentu mampu dengan mudahnya menjawab kesukaran pengguna dalam beraktivitas. Kegiatan sehari-hari, pertanyaan yang memerlukan jawaban dengan cepat, kesulitan dalam mengerjakan tugas, ketidaktahuan dalam hal-hal baru yang akan dilakukan pun mampu didapatkan dengan mudah melalui jaringan internet. Siapa yang tidak mengenal internet sekarang ini?
Berdasarkan data dari tekno.kompas.co, Sekjen APJII Henri Kasyif melakukan survei tentang jumlah pengguna internet yang ada di Indonesia. Penelitian ini dilakukan selama periode Maret hingga April 2019. Jadi dapat dikatakan bahwa ini adalah data terbaru pengguna internet yang ada di Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia memang sudah mengalami peningkatan sejak tahun 2017. Tahun ini, dari populasi sebanyak 264 juta jiwa penduduk Indonesia, tercatat sebanyak 171,17 juta jiwa aktif menggunakan internet. Angka ini setara dengan 64,8 persen penduduk Indonesia.
Bayangkan saja, dari keseluruhan jumlah penduduk di Indonesia, sudah lebih dari 50 persen penduduk yang terkoneksi dengan internet. Ini adalah hal yang wajar, justru menjadi pertanyaan besar ketika hidup dalam era digital ini lantas sama sekali tidak tahu internet. Namun pada kenyataannya, kemudahan yang diberikan internet tidak selalu mengarah pada hal yang positif. Hal ini bergantung dari si pengguna. Tidak sedikit kejahatan yang menyebar akibat penggunaan internet. Kasus penipuan, kejahatan siber ulah para hacker, pelecehan di dunia maya dan hoax yang semakin merajalela cukup menjadi bukti nyata bahwa internet tidak selalu mengarah pada hal yang positif saja.
Kemudahan internet juga cukup menggiurkan bagi para penyebar berita hoax, terutama bagi penulis berita hoax tersebut. Penulis yang handal membuat berita hoax juga memanfaatkan peluang ini untuk meningkatkan rating pembaca di website-nya. Alhasil, dengan menulis berita hoax yang menarik tentu akan mengundang pembaca untuk berkunjung. Ini juga berpeluang mendapatkan uang melalui bayaknya iklan yang bisa di monetize oleh pengunjung. Rasanya kurang tepat jika menggunakan cara yang seperti ini. Padahal, masih banyak cara lain yang bisa digunakan agar website menjadi ramai pengunjung.
Berprofesi sebagai penulis adalah salah satu pekerjaan yang mulia, mampu mendatangkan amal jariyah bagi penulisnya. Hal ini tentu sejalan dengan konten tulisannya, dari segi manfaat yang dihasilkan dari tulisan tersebut. Lalu, bagaimana dengan tulisan yang isinya menyebarkan berita hoax? Apakah bisa dikatakan bermanfaat? Tentu tidak. Apakah itu dosa jariyah? Wallahu a'lam.
Sebagai seorang penulis yang bijak, harus paham bahwa menulis adalah pekerjaan yang akan memberikan efek besar bagi para pembaca. Jika konten tulisan berisi berita hoax, maka segala pihak yang terakit didalamnya akan menjadi tidak nyaman bahkan tanpa kita ketahui akan menjadi cyberbullying. Cyberbullying itu adalah bentuk kekerasan yang dilakukan melalui media sosial. Cyberbullying bisa dilakukan dengan menghina atau mempermalukan seseorang melalui media sosial. Dampak yang diakibatkan oleh cyberbullying ini sangat tidak baik, salah satunya dapat merusak mental bagi korban yang di bullying.
Dikutip dari hellosehat.com bahwa kasus cyberbullying mampu memicu risiko untuk bunuh diri dari pihak pelaku dan juga pihak korban. Hasil penelitian yang dimuat dalam Journal of Medical Internet Research, menyatakan bahwa anak-anak muda yang menjadi korban kekerasan di media sosial lebih rentan untuk menyakiti diri sendiri hingga melakukan aksi bunuh diri. Dan faktanya, mereka yang menjadi korban dan pelaku penindasan melalui media sosial tidak benar-benar mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Miris, kan? Berhati-hatilah dalam menulis, kawan. Ternyata deretan kalimat yang dirangkai juga mampu mengancam nyawa seseorang.
Pikirkan manfaat yang berimbas dari tulisan yang dibuat. Apakah bermanfaat atau justru malah mendatangkan mudharat bagi pembaca? Aku pikir, kalian sudah mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Marilah jadi penulis yang bijak, berbagi berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh juga perkuat referensi tulisan kalian. Jadi, tidak hanya sekadar asal tulis saja ya. Mari saling memperbaiki diri, bekali diri agar bisa senantiasa menghasilkan konten tulisan yang bermanfaat. Mau dikenal melalui konten yang baik atau buruk, itu pilihan kalian. Tapi satu hal yang harus diingat bahwa hidup dalam kebaikan akan senantiasa mendatangkan kebaikan pula. Semangat menulis yah :)
Melihat konten tulisan dari segi pembaca, sebelum mempercayai sebuah tulisan yang berisi informasi bagi kalian, ada baiknya di cek dulu keaslian tulisannya. Jangan langsung mempercayainya begitu saja, bisa jadi itu adalah berita hoax. Nah, caranya bagaimana?
Hal pertama yang harus dilakukan setelah membaca berita adalah dengan mengecek alamat situs berita tersebut. Jika berita tersebut berasal dari situs domain blog, berarti beritanya masih dapat dibilang meragukan. Tulisan yang berasal dari portal berita pun, tidak bisa dipercayai sepenuhnya. Informasi yang disampaikan melalui kominfo.go.id, berdasarkan catatan Dewan Pers di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita. Namun, dari jumlah tersebut yang sudah terverifikasi sebagai portal berita yang resmi, jumlahnya tak sampai 300. Bayangkan, teryata ada puluhan ribu situs di internet yang berpotensi besar untuk menyebarkan berita hoax.
Kedua, gunakan pembanding. Artinya, cari beberapa berita yang terkait dan bandingkan. Mana yang lebih valid dari berita yang kalian baca. Jangan langsung percaya begitu saja dengan tulisan yang kalian baca.
Ketiga, cek keaslian foto dan video yang dicantumkan. Biasanya, konten tulisan yang dimuat akan disandingkan dengan foto ataupun video agar pembaca makin percaya dengan tulisan yang disajikan. Namun, jangan sampai terkecoh. Sekarang ini banyak Editor yang handal. Mampu memanipulasi foto bahkan video seperti nyata terjadi dan membuat orang dengan mudah mempercayainya.
Terakhir, bacalah terlebih dahulu sebelum membagikan konten. Ini adalah kebiasaan yang kerap kali terjadi. Pembaca yang tertarik dengan judul konten, langsung saja membagikan konten tanpa mengetahui isi yang terdapat dalam tulisan tersebut. Tentu ini sungguh sangat keterlaluan. Membagikan konten tanpa dibaca terlebih dahulu? Jangan ya. Mari kita membantu meminimalisir hoax dengan cara menjadi pembaca yang bijak.
Sekian...
Sekian...
Thanks kak vii, pas bnget tips nya untuk saya yg baru mulai menulis, smoga bisa terhindar dari konten2 hoax.
BalasHapusBener banget mas. Semangat menebar kebaikan dengan tulisan-tulisan yang bermanfaat yaa
BalasHapus