بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Nulis yang aku sukai aja, semoga bermanfaat juga buat kalian. Happy reading :)"

PEMILIHAN PENDEKATAN, METODE, DAN TEKNIK DALAM PEMBELAJARAN






PEMILIHAN PENDEKATAN, METODE,
DAN TEKNIK DALAM PEMBELAJARAN


A.   PENDEKATAN PEMBELAJARAN
1     Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan intstruksional tertentu. Pendekatan pembelajarann merupakan aktivitas guru dalam memilih kegaiatan pembelajaran, apakah guru akan menjelaskan suatu pengajaran dengan materi bidang studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu, ataukah dengan menggunakan materi yang terkait satu dengan lainnya dalam tingka kedalaman yang berbeda, atau bahkan merupakan materi yang berintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu. Pedekatan pembelajaran sebagai penjelas untuk mempermudah bagi para guru memberikan pelayanan belajar dan juga mempermudah bagi siswa untuk memahami materi yang disampaikan guru, dengan memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan. (Syaiful Sagala 2010 : 68)
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif  (Sanjaya,  2008:127).
            Pendekatan pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh oleh guru untuk menghapiri siswa agar lebih memahami bahan yang diajarkan oleh guru. Kadang-kadang pendekatan pembelajaran dipahami sebagai persamaan (sinomin) dengan model pembelajaran. (Ismail Sukardi 2011 : 17)
Roy Killen (1998) menjelaskan ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu :
1        pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches),
2        pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches),
Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran lang­sung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
Sistem dan pendekatan pembelajaran dibuat karena adanya kebutuhan akan sistem dan pendekatan tersebut untuk meyakinkan :
a.       Ada alasan untuk belajar
b.       Siswa belum mengetahui apa yang diajarkan, oleh karena itu guru menetapkan hasil-hasil belajar atau tujuan apa yang diharapkan akan tercapai.
Menurut Syaiful Sagala dalam bukunya “Konsep dan Makna Pembelajaran”, adapun pendekatan pembelajaran yang sudah umum dipakai oleh para guru antara lain pendekatan konsep dan proses, deduktif dan induktif, ekspositori dan heuristik, pendekatan kecerdasan serta pendekatan kontekstual. (Syaiful Sagala 2010 : 71)
Istilah pendekatan pembelajaran bermakna cara-cara yang ditepuh oleh guru untuk menghampiri siswa agar lebih memahami bahan yang diajarkan oleh guru. Istilah ini sebenarya sama atau serupa dengan model pembelajaran dalam substansi maknanya.
2.    Macam-macam Pendekatan Pembelajaran
Terdapat beberapa pendekartan belajar yang digunakan guru, yaitu :
a.       Pendekatan Deduktif – Induktif
1)     Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya(Suwarna,2005).
2)     Pendekatan Induktif
Ciri uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan.
          Prince dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran tradisional adalah pembelajaran dengan pendekatan deduktif, memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Di bidang sain dan teknik dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan. Bransford (dalam Prince dan Felder, 2006) melakukan penelitian dibidang psikologi dan neurologi. Temuannya adalah: ”All new learning involves transfer of information based on previous learning”, artinya semua pembelajaran baru melibatkan transfer informasi berbasis pembelajaran sebelumnya.
          Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan argumen logika. Contoh urutan pembelajaran:
1)     Definisi disampaikan; dan
2)     Memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.
          Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan pembelajaran pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan induktif . Beberapa contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran inquiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan induktif dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual, siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri.
          Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau generalisasi. Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.
          Dalam fase pendekatan induktif-deduktif ini siswa diminta memecahkan soal atau masalah. Kemp (1994: 90) menyatakan ada dua kategori yang dapat dipakai dalam membahas materi pembelajaran yaitu metode induktif dan deduktif. Pada prinsipnya matematika bersifat deduktif. Matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus” Soedjadi (2000: 16). Dalam kegiatan memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir dengan dengan menggunakan pola pikir induktif, pola pikir deduktif, atau keduanya digunakan secara bergantian.

b.       Pendekatan Inquiry-Discovery
Secara umum enquiry-discovery learning dapat dipahami sebagai belajar mencari dan menemukan sendiri. dalam penerapannya yaitu berusaha untuk memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk dapat  belajar  melalui  kegiatan  pengajuan  berbagai  permasalahan  secara  sistimatis, sehingga  dalam  pembelajaran  lebih  berpusat  pada  keaktifan  warga  belajar.  Dalam kegiatan  pembelajaran  dengan  menggunakan  pendekatan Inquiry,  sumber  belajar menyajikan  bahan  tidak  sampai  tuntas,  tetapi  memberi  peluang  kepada  warga  belajar untuk  mencari  dan  menemukannya  sendiri  dengan  menggunakan  berbagai  cara pendekatan  masalah.  Sebagaimana  dikemukakan  oleh  Bruner  bahwa landasan  yang mendasari  pendekatan  inquiry  ini  adalah  hasil  belajar dengan  cara  ini  lebih  mudah diingat, mudah ditransfer oleh warga belajar. Pengetahuan dan kecakapan warga belajar yang bersangkutan dapat menumbuhkan motif intrinsik karena warga belajar merasa puas atas penemuannya sendiri.
Pendekatan  Inquiry  ditujukan  kepada  cara  belajar  yang  menggunakan  cara penelaahan  atau  pencarian  terhadap  sesuatu  objek  secara  kritis  dan  analitis,  sehingga dapat  membentuk  pengalaman  belajar  yang  bermakna.  Warga  belajar  dituntut  untuk dapat  mengungkapkan  sejumlah  pertanyaan  secara  sistimatis  terhadap  objek  yang dipelajarinya  sehingga  ia  dapat  mengambil  kesimpulan  dari  hasil  informasi  yang diperolehnya. Garton (2005)
Prosedur yang ditempuh dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut:
1)     Simulation : Sumber  belajar  mulai  dengan  bertanya  mengajukan  persoalan  atau memberi  kesempatan  kepada  warga  belajar  untuk  membaca  atau  mendengarkan uraian yang memuat permasalahan
2)     Problem statement : Warga  belajar  diberi  kesempatan mengidentifikasi  berbagai permasalahan.  Permasalahan  yang  dipilih  selanjutnya harus dirumuskan  dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis.
3)     Data collection : Untuk  menjawab  pertanyaan  atau  membuktikan  benar  tidaknya hipotesis  itu,  warga  belajar  diberi  kesempatan  untuk mengumpulkan  berbagai informasi  yang  relevan,  membaca  literatur,  mengamati  objeknya,  mewawancarai nara sumber, uji coba sendiri dan sebagainya.
4)     Data processing : Semua informasi itu diolah, dilacak, diklasifikasikan, ditabulasikan kalau  mungkin  dihitung  dengan  cara  tertentu  serta  ditafsirkan  pada  tingkat kepercayaan tertentu.
5)     Verification : Berdasarkan  hasil  pengolahan  dan  tafsiran  atau  informasi  yang  ada tersebut,  pertanyaan  atau  hipotesis  yang  telah  dirumuskan  terdahulu  itu  kemudian dicek terbukti atau tidak.
6)     Generalization : Berdasarkan  hasil  verifikasi  maka  warga  belajar  menarik generalisasi atau kesimpulan tertentu. (Ismail Sukardi 2011 : 21)

c.       Pendekatan  Cooperative Leraning
Merujuk  dari berbagai pengertian diatas tentang pendekatan dan teknik pembelajaran, cooperative learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada konsep pembelajaran kerjasama. Dimana para siswa diartikan sebagai makhluk sosial yang membutuhkan sebuah kelompok dalam belajar atau ditempatkan dalam suatu komunitas kecil di dalam kelas.
Menurut Anita, model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Anita Lie (2007 : 68-70)
   Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Sementara Yatim Priyanto mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus ketrampilan social (social skill ) termasuk interpersonal skill. Yatim Riyanto (2010 : 266)
Cooperative Learning adalah terminologi umum bagi strategi pembelajaran yang dapat untuk membantu mengembangkan siswa dalam kelompok untuk berkerjasama dan berinteraksi satu sama lain. Pembelajaran kooperatif merupakan pondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan berprestasi siswa. Dengan memiliki dorongan atau motivasi yang positif seorang siswa akan menunjukan minatnya.
Selanjutnya Anita Lie dalam bukunya Cooperative Learning, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :
a.       Saling Ketergantungan Positif.
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
b.       Tanggungjawab Perseorangan.
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
c.       Tatap Muka.
Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.
d.       Komunikasi Antar Anggota.
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
e.       Evaluasi proses kelompok.
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Anita Lie (2007 : 102)

d.       Pendekatan Kontekstual
            Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapinya.
Pendekatan konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen komponen pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.
Berdasarkan berbagai pandangan tentang hakikat dan prinsip pembelajaran kontekstual, Komalasari 2008 disertainya menarik benang merah diantara pandangan para ahli. Komalasari mengidentifikasi karakteristik pembelajaran kontekstual meliuti :
1)     Keterkaitan
            Pembelajaran yang menerapkan konsep keterkaitan adalah proses embelaharan yan memiliki keterkaitan dengan bekal pengetahuan (prerequisite knowledge) yang telah ada pada diri siswa dan dengan konteks pengalaman dalam kehidupan dunia nyata siswa. Indicator pembelajaran yang menerapkan konsep keterkaitan ini meliputi keterkaitan materi pelajaran dengan :
a)      Pengetahuan dan keterampilan sebelumnya;
b)      Materi lain dalam pelajaran kewarganegaraan;
c)      Mata pelajaran lain;
d)      Ekspose media;
e)      Konteks lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat)
f)       Pengalaman dunia nyata;
g)      Kebutuhan siswa; dan
h)     Materi dari terbatas ke kompleks dan dari konkret ke abstrak.

2)     Pengalaman langsung (experiencing)
            Pembelajaran yang menerapkan konsep pengalaman langsung adalah proses pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan cara menemukan dan mengalami sendiri secara langsung. Indicator pembelajaran yang menerapkan konsep pengalaman langsung ini meliputi eksplorasi, penemuan (discovery), inventory, investigasi, penelitian, dan pemecahan masalah.
3)     Aplikasi (applying)
            Proses pembelajaran yang menerapkan konsep aplikasi adalah proses pembelajaran yang menekankan pada penerapan fakta, prinsip, dan prisedur yang dipelajari dalam situasi dan konteks lain yang berbeda sehingga bermanfaat bagi kehidupan siswa. Indicator pembelajaran yang menerapkan konse aplikasi meliputi :
a)      Penerapan materi yang telah dipelajari dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat;
b)      Penerapan materi dalam memecahkan masalah;
c)      Penggunaan metode karyawisata, praktik kerja lapangan, bermain peran, simulasi, dan pembelajaran pelayanan
4)     Kerja sama (cooperating)
            Pembelajaran yang menerapkan konsep kerjasama adalah pembelajaran yang mendorong kerja sama diantara siswa, antara siswa dengan guru dan sumber belajar. Indicator pembelajaran yang menerapkan konsep kerja sama ini meliputi :
a)      Kerja kelompok dalam memecahkan masalah dan mengerjakan tugas;
b)      Saling bertukar pikiran, mengajukan dan menjawab pertanyaan;
c)      Komunikasi interaktif antar sesama siswa, antar siswa dengan guru, siswa dengan narasumber;
d)      Penghormatan terhadap perbedaan gender, suku, ras, agama, status social ekonomi, budaya, dan perspektif
5)     Pengaturan diri (self-regulating)
            Pembelajaran yang menerapkan konsep pengaturan diri adalah pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengatur diri dan pembelajaran nya secara mandiri. Indicator pembelajaran yang menerapkan konsep pengaturan diri ini meliputi :
a)      Motivasi belajar sepanjang hayat;
b)      Motivasi untuk mecari dan meggunakan informasi dengan kesadaran sendri;
c)      Melaksanakan prinsip trial-error;
d)      Melakukan refleksi; dan
e)      Belajar mandiri.
6)     Asesmen autentik (authentic assessment)
            Pembelajaran yang menerapkan konsep asesmen autentik adalah pembelajaran yang mengukur, memonitor, dan menilai semua aspek belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif dan psikomotor) baik yang tampak dari hasil akhir suatu proses pembelajaran maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran didalam atau diluar kelas. Dengan demikian penilaian pembelajaran utuh menyeluruh dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor serta dalam keseluruhan tahapan proses pembelajaran (diawal, tengah, dan akhir). Disamping itu penilaian tidak hanya diserahkan pada guru, tetapi siswa pun menilai siswa lain dan dirinya sendiri dalam aktivitas pembelajaran dan pemahaman materi. Penilaian guru dilakukan dalam bentuk penilaian tertulis (pencil and paper test) dan penilaian berdasarkan perbuatan (performance based assessment), penugasan (project), produk (product), atau portofolio. (Kokom Komalasari 2010/2011 : 13-15)

e.       Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat
National Science Teachers Association (NSTA) (1990 :1) memandang STM sebagai the teaching and learning of science in thecontext of human experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1) bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach whichreflects the widespread realization that in order to meet the increasingdemands of a technical society, education must integrate acrossdisciplines.
Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagaidisiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yangterjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini.
Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1), bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to explore a understand the many ways that scinence and technology shape culture, values, and institution, and how such factors shape science and technology. STM dengandemikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi.
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA ) ( dalam Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah – langkah

B.    METODE PEMBELAJARAN
1        Pengertian Metode Pembelajaran
Metode atau metoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu Metha dan Hodos. Metha berarti jalan atau melewati dan Hodos berarti jalan atau cara. Jadi metode adalah suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan ajar agar tercapai tujuan pengajaran.(Bukhari Umar 2010 : 180-181)
Metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “cara yang paling tepat dan cepat dalam  melakukan sesuatu”. Karena metode berarti cara yang paling tepat dan cepat, maka urutan kerja dalam suatu metode harus diperhitungkan benar-benar secara ilmiah. Karena itulah suatu metode selalu merupakan hasil eksperimen. Kita tahu, sesuatu konsep yang dieksperimen haruslah telah lulus uji teori, dengan kata lain suatu konsep yang telah diterima secara teoritis yang boleh dieksperimenkan. (Yunus Namsa 2000 : 3)
Metode pembelajaran merupakan komponen Proses Belajar Mengajar atau disingkat PBM yang banyak menentukan keberhasilan pengajaran. Guru harus dapat memilih, mengkombinasikan serta mempraktekkan berbagai cara penyampaian bahan yang sesuai dengan situasi. Keberhasilan dalam melaksanakan suatu pengajaran sebagian besar ditentukan oleh pilihan bahan dan pemakaian metode yang tepat. Pembicaraan yang mendalam tentang metode dalam rangka PBM, akan membawa kita ke daerah atau bidang strategi belajar mengajar. (Djago Tarigan dan H.G. Tarigan 1987 : 9)
Definisi tentang metode mengajar telah banyak dirumuskan oleh para ahli, dalam tulisan ini dikemukakan beberapa diantaranya:
a.       Abd. Rahman Ghunaimah menta’rifkan bahwa metode mengajar adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.
b.       Muhammad Atiyah Al-Abrasyi menta’rifkan pula bahwa metode mengajar adalah jalan yang kita ikuti untuk memberikan pengertian pada murid-murid tentang materi dalam berbagai pelajaran.
c.       Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, merumuskan sebagai berikut: “Metode mengajar adalah suatu teknik penyampaian bahan pelajaran kepada murid, ia dimaksudkan agar murid dapat menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicernakan oleh anak didik dengan baik”.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode megajar adalah suatu cara yang dapat digunakan pendidik dengan berbagai teknik dalam proses belajar mengajar agar materi pelajaran dapat dicerna dengan mudah serta efektif oleh peserta didik. (Yunus Namsa 2000 : 5)
Guru menggunakan metode-metode mengajar tertentu, yang bertujuan memberi kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar. Setiap metode mempunyai kesesuaian dengan bentuk-bentuk belajar tertentu. Pertimbangan untuk memilih metode disamping didasarkan atas kepentingan pencapaian tujuan, juga kesesuaiannya dengan bentuk belajar tersebut. Dalam praktek, seringkali penggunaan metode ini tidak berdiri sendiri tetapi dipadukan dengan metode lain. (A.T. Rusyan 1999 : 47)
2        Faktor – faktor yang Mempengaruhi Metode Pembelajaran
Dalam melaksanakan suatu pembelajaran harus diawali dengan kegiatan perencanaan pembelajaran. Perencanaan memiliki fungsi penting agar pembelajaran menjadi lebih terarah. Dalam membuat perencanaan pembelajaran, banyak aspek yang harus dipertimbangkan oleh guru. Oleh karenanya agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat meraih tujuan yang diharapkan, maka dalam menyusun learning design perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar guru harus selalu mencari cara-cara baru untuk menyesuaikan  pengajarannya  dengan  situasi  yang  dihadapi.  Metode-metode yang digunakan haruslah bervariasi untuk menghindari kejenuhan pada siswa. Namun  metode  yang  bervariasi  ini  tidak  akan  menguntungkan  bila  tidak sesuai  dengan  situasinya.  Baik  tidaknya  suatu  metode  pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran, antara lain:
a.       Siswa atau peserta didik 
Pemilihan suatu metode pembelajaran, harus menyesuaikan tingkatan jenjang pendidikan siswa. Pertimbangan yang menekankan pada perbedaan jenjang pendidikan ini adalah pada kemampuan peserta didik, apakah sudah mampu untuk berpikir abstrak atau belum. Penerapan suatu metode yang sederhana dan yang kompleks tentu sangat berbeda, dan keduanya berkaitan dengan tingkatan kemampuan berpikir dan berperilaku peserta didik pada setiap jenjangnya
Di  ruang  kelas  guru  akan  berhadapan  dengan  sejumlah  anak  dengan  latar belakang kehidupan yang berlainan. Status sosial mereka juga bermacam-macam.  Demikian  juga  dengan  jenis  kelamin  serta  postur  tubuh.  Pendek kata dari aspek fisik selalu ada perbedaan dan persamaan pada setiap anak didik.  Sedangkan  dari  segi  intelektual  pun  sama  ada  perbedaan  yang ditunjukkan  dari  cepat  dan  lambatnya  tanggapan  anak  didik  terhadap rangsangan  yang  diberikan  dalam  kegiatan  belajar  mengajar.  Aspek psikologis  juga  ada  perbedaan  yaitu  adanya  anak  didik  yang  pendiam, terbuka,  dan  lain-lain.  Perbedaan  dari  aspek  yang  disebutkan  di  atas mempengaruhi  pemilihan  dan  penentuan  metode  yang  mana  sebaiknya guru  ambil  untuk  menciptakan  lingkungan  belajar  yang  kreatif  dalam waktu  yang  relatif  lama  demi  tercapainya  tujuan  pengajaran  yang  telah dirumuskan secara operasional. 
b.       Tujuan pembelajaran yang akan dicapai 
Setiap pelaksanaan pembelajaran tentu memiliki tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Penyelenggaraan pembelajaran bertujuan agar pesera didik sebagai warga belajar akan memperoleh pengalaman belajar dan menunjukkan perubahan perilaku, dimana perubahan tersebut bersifat positif dan bertahan lama. Kalimat tersebut dapat dimaknai bahwa pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran yang tidak hanya akan menambah pengetahuan peserta didik tetapi juga berpengaruh terhadap sikap dan cara pandang peserta didik terhadap realitas kehidupan.
Tujuan  pembelajaran adalah  sasaran yang  dituju  dari  setiap  kegiatan  belajar  mengajar. Hal  ini  dapat  mempengaruhi  penyeleksian  metode  yang  harus  digunakan. Metode  yang  dipilih  guru  harus  sesuai  dengan  taraf  kemampuan  yang hendak diisi ke dalam diri setiap anak didik. Jadi metode harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. 
c.       Faktor materi pembelajaran
Materi pelajaran memiliki tingkat kedalaman, keluasan, kerumitan yang berbeda-beda. Materi pembelajaran dengan tingkat kesulitan yang tinggi biasanya menuntut langkah-langkah analisis dalam tataran yang beragam. Analisis bisa hanya pada tataran dangkal, sedang, maupun analisis secara mendalam. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat mampu memberikan arahan praktis untuk mengatasi tingkat kesulitan suatu materi pembelajaran.
d.       Situasi belajar mengajar 
Situasi  belajar  mengajar  yang  diciptakan  guru  tidak  selamanya  sama. Maka  guru  harus  memilih  metode  mengajar  yang  sesuai  dengan  situasi yang diciptakan. Di waktu lain, sesuai dengan sifat bahan dan kemampuan yang ingin dicapai oleh tujuan maka guru menciptakan lingkungan belajar secara berkelompok. Jadi situasi yang diciptakan mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. 
e.       Fasilitas belajar mengajar 
Fasilitas pembelajaran berfungsi untuk memudahkan proses pembelajaran dan pemenuhan kebutuhan proses pembelajaran. Bagi sekolah yang telah memiliki fasilitas pembelajaran yang lengkap, ketersediaan fasilitas belajar bukan lagi suatu kendala. Namun demikian tidak semua sekolah memiliki fasilitas pembelajaran dengan standar yang diharapkan. Keadaan tersebut hendaknya tidak menjadi suatu hambatan bagi guru dalam merancang pembelajaran yang tetap mampu menjangkau tujuan pembelajaran. Dalam kondisi tertentu, guru-guru yang memiliki semangat dan komitmen yang kuat tetap mampu menyelenggarakan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Fasilitas  merupakan  hal  yang  mempengaruhi  pemilihan  dan  penentuan metode  mengajar.  Fasilitas  adalah  kelengkapan  yang  menunjang  belajar anak  di  sekolah.  Lengkap  tidaknya  fasilitas  belajar  akan  mempengaruhi pemilihan metode mengajar. 
f.        Faktor alokasi waktu pembelajaran.
Pemilihan metode pembelajaran yang tepat juga harus memperhitungkan ketersediaan waktu. Rancangan belajar yang baik adalah penggunaan alokasi waktu yang dihitung secara terperinci, agar pembelajaran berjalan dengan dinamis, tidak ada waktu terbuang tanpa arti. Kegiatan pembukaan, inti, dan penutup disusun secara sistematis. Dalam kegiatan inti yang meliputi tahap eksplorasi – elaborasi – konfirmasi, mengambil bagian waktu dengan porsi terbesar dibandingkan dengan kegiatan pembuka dan penutup.
g.       Guru. 
Latar  belakang  pendidikan  guru  diakui  mempengaruhi  kompetensi. Kurangnya  penguasaan  terhadap  berbagai  jenis  metode  menjadi  kendala dalam  memilih  dan  menentukan  metode.  Apalagi  belum  memiliki pengalaman  mengajar  yang  memadai.  Tetapi  ada  juga  yang  tepatmemilihnya  namun  dalam  pelaksanaannya  menemui  kendala  disebabkan labilnya  kepribadian  dan  dangkalnya  penguasaan  atas  metode  yang digunakan. 
Menurut  Slameto  (2003: 98) kriteria  pemilihan  metode pembelajaran adalah:
a.       Tujuan  pengajaran,  yaitu  tingkah  laku  yang  diharapkan  dapat ditunjukkan siswa setelah proses belajar mengajar. 
b.       Materi  pengajaran,  yaitu  bahan  yang  disajikan  dalam  pengajaran yang  berupa  fakta  yang  memerlukan  metode  yang  berbeda  dari metode yang dipakai untuk mengajarkan materi yang berupa konsep, prosedur atau kaidah. 
c.       Besar  kelas (jumlah  kelas),  yaitu  banyaknya  siswa  yang  mengikuti pelajaran  dalam  kelas  yang  bersangkutan.  Kelas  dengan  5-10  orang siswa  memerlukan  metode  pengajaran  yang  berbeda  dibandingkan kelas dengan 50-100 orang siswa. 
d.       Kemampuan  siswa,  yaitu  kemampuan  siswa  menangkap  dan mengembangkan  bahan  pengajaran  yang  diajarkan.  Hal  ini  banyak tergantung  pada  tingkat  kematangan  siswa  baik  mental,  fisik  dan intelektualnya. 
e.       Kemampuan  guru,  yaitu  kemampuan  dalam  menggunakan  berbagai jenis metode pengajaran yang optimal. 
f.        Fasilitas yang tersedia, bahan atau alat bantu serta fasilitas lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran. 
g.       Waktu  yang  tersedia,  jumlah  waktu  yang  direncanakan  atau dialokasikan   untuk  menyajikan  bahan  pengajaran  yang  sudah ditentukan.  Untuk  materi  yang  banyak  akan  disajikan  dalam  waktu yang  singkat  memerlukan  metode  yang  berbeda  dengan  bahan penyajian  yang  relatif  sedikit  tetapi  waktu  penyajian  yang  relatif cukup banyak. 
Ahmadi  (1997:  53)  mengemukakan  syarat-syarat  yang  harus  diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar adalah: 
a.       Metode  mengajar  harus  dapat  membangkitkan  motif,  minat  atau gairah belajar siswa. 
2)     Metode  mengajar  harus  dapat  menjamin  perkembangan  kegiatan kepribadian siswa. 
3)     Metode  mengajar  harus  dapat  memberikan  kesempatan  bagi  siswa untuk mewujudkan hasil karya. 
4)     Metode  mengajar  harus  dapat  merangsang  keinginan  siswa  untuk belajar  lebih  lanjut,  melakukan  eksplorasi  dan  inovasi (pembaharuan). 
5)     Metode  mengajar  harus  dapat  mendidik  murid  dalam  teknik  belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi. 
6)     Metode  mengajar  harus  dapat  meniadakan  penyajian  yang  bersifat verbalitas  dan  menggantinya  dengan  pengalaman  atau  situasi  yang nyata dan bertujuan. 
7)     Metode  mengajar  harus  dapat  menanamkan  dan  mengembangkan nilai  dan  sikap- sikap  utama  yang  diharapkan  dalam  kebiasaan  cara bekerja  yang  baik  dalam  kehidupan  sehari-hari. 
Guru  sebagai  salah satu  sumber  belajar  berkewajiban  menyediakan  lingkungan  belajar yang  kreatif  bagi  kegiatan  belajar  anak  didik  di  kelas.  Salah  satu kegiatan  yang  harus  dilakukan  adalah  melakukan  penentuan  dan pemilihan  metode.  Suatu  metode  yang  digunakan  oleh  guru  untuk mengajar  harus  benar-benar  dikuasai.  Sehingga  pada  saat penggunaannya dapat menciptakan suasana interaksi edukatif. 
Untuk menghindari kejenuhan dan berhentinya minat siswa terhadap pelajaran yang  disampaikan  maka  hendaknya  guru  menggunakan  metode  yang bervariasi.  Bahkan  metode  yang  digunakan  dapat  menumbuhkan  keinginan siswa untuk belajar secara mandiri dengan menggunakan teknik tersendiri. 
Di dalam kelas guru menyampaikan bahan pelajaran. Bahan pelajaran itu akan kurang  memberikan  dorongan  kepada  siswa  untuk  belajar  lebih  lanjut  bila penyampaiannya  menggunakan  strategi  yang  kurang  tepat.  Metode-metode yang  dipilih  dipergunakan  berdasarkan  manfaatnya,  jadi  seorang  guru dikatakan  kompeten  bila  ia  memiliki  khazanah  cara  penyampaian  yang  kaya dan  memiliki  kriteria  yang  akan  digunakan  untuk  memilih  cara-cara  dalam menyajikan pengalaman belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar juga dibutuhkan  alat  bantu  yang  digunakan  untuk  menghilangkan  verbalitas. Sehingga siswa lebih cepat menyerap materi yang telah disampaikan. 
Metode  pembelajaran  yang  diterapkan  guru  hendaknya  dapat  mewujudkan hasil karya siswa. Siswa dituntun untuk dapat berfikir kritis dan kreatif dengan memberikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk  menyampaikan  ide-idenya. Pemilihan  metode  yang  kurang  tepat  dengan  sifat  bahan  dan  tujuan pembelajaran menyebabkan kelas kurang bergairah dan kondisi siswa kurang kreatif.  Sehingga  dengan  penerapan  metode  yang  tepat  dengan  berbagai macam  indikator  tersebut  dapat  meningkatkan  minat  siswa  pada  bahan pelajaran  yang  disampaikan  dan  minat  yang  besar  pada  akhirnya  akan berpengaruh terhadap prestasi yang akan diraihnya.
3        Macam-macam metode pembelajaran
a.       Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :
a.       Membuat siswa pasif
b.      Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c.       Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
d.      Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e.       Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
f.       Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g.      Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :
a.       Guru mudah menguasai kelas.
b.       Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c.       Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d.       Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
b.    Metode Diskusi
Metode diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
Metode diskusi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru  dalam kegiatan pembelajaran dengan memberikan siswa suatu permasalahan untuk diselesaikan bersama-sama. Sehingga akan terjadi interaksi antara dua atau lebih siswa untuk saling bertukar pendapat, informasi, maupun pengalaman masing-masing dalam memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Dengan demikian diharapkan tidak akan ada siswa yang pasif.
Tujuan penggunaan metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran seperti yang diungkapkan Killen (1998) adalah ” tujuan utama metode ini adalah untuk memecahakan suatau permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengatahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.” (Wina Sanjaya 2006 : 154)
Metode diskusi sangat tepat digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam bekerjasama untuk memecahkan masalah serta melatih siswa untuk mengeluarkan pendapat secara lisan. Dalam pembelajaran matematika metode diskusi sangat tepat digunakan pada materi-materi yang menantang untuk sama-sama dipecahkan, misalnya materi bangun-bangun geometri, peluang dan konsep bilangan.
Adapun  dalam pelaksanaan metode diskusi, guru harus benar-benar mampu mengorganisasikan siswa sehingga diskusi dapat berjalan seperti yang diharapkan. Menurut Bridges (1979) dalam pelaksanaan metode diskusi, guru harus mengatur kondisi yang memungkinkan agar:
1)     Setiap siswa dapat berbicara mengeluarkan gagasan dan pendapatnya.
2)     Setiap siswa harus saling mendengar pendapat orang lain.
3)     Setiap harus dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang dianggap penting.
4)     Melalui diskusi setiap siswa harus dapat mengembangkan pengatahuannya serta memahami isu-isu yang dibicarakan dalam diskusi. 
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kriteria pemilihan diskusi didasarkan pada beberapa aspek, yaitu Tingkat kemampuan siswa itu sendiri, Materi (bahan ajar) dengan karakteristik yang berbeda atau materi yang telalu banyak maka boleh menggunakan metode pembelajaran ini.
Kelebihan dari metode diskusi adalah:
1)     Siswa memperoleh kesempatan untuk berpikir.
2)     Siswa mendapat pelatihan mengeluarkan pendapat, sikap dan aspirasinya secara bebas.
3)     Siswa belajar bersikap toleran terhadap teman-temannya.
4)     Diskusi dapat menumbuhkan partisipatif aktif dikalangan siswa.
5)     Diskusi dapat mengembangkan sikap demokratif, dapat menghargai pendapat orang lain. (Syaiful Sagala 2008 : 208)
Kekurangan dari metode diskusi adalah
1)     Diskusi terlalu menyerap waktu.
2)     Pada umumnya siswa tidak terlatih untuk melakukan diskusi dan menggunakan waktu diskusi dengan baik, maka kecenderungannya mereka tidak sanggup berdiskusi.
3)     Kadang-kadang guru tidak sanggup memahami cara-cara melaksanakan diskusi, maka kecenderungannya diskusi tanya jawab. 
c.       Metode demontrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000).
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).
Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :
a.       Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
b.      Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c.       Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)
Kelebihan-kelebihan metode demontrasi adalah:
1)     Perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati.
2)     Dapat membimbing murid ke arah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.
3)     Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek.
4)     Dapat mengurangi kesalaham-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaran yang jelas ari hasil pengamatannya.
5)     Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.
6)     Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi. 
Kekurangan-kekurangan metode demontrasi adalah:
1)     Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif.
2)     Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.
3)     Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain. (Syaiful Bahri Djamarah & Azwan Zain, Strategi Belajar, h. 91.)
d.       Metode ceramah plus
Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu :
1)     Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).
Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas. Metode campuran ini idealnya dilakukan secara tertib, yaitu :
a)      Penyampaian materi oleh guru.
b)      Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
c)      Pemberian tugas kepada siswa.
2)     Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)
Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu pertama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas.
3)     Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
Metode ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill)
e.       Metode Eksperimen 
Metode Eksperimen, metode ini bukan sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan satu metode berfikir, sebab dalam Eksperimen dapat menggunakan metode lainnya dimulai dari menarik data sampai menarik kesimpulan.
Metode  eksperimen  adalah  cara  penyajian  pelajaran,  di  mana  siswa melakukan  percobaan  dengan  mengalami  dan  membuktikan  sendiri sesuatu yang dipelajari (Djamarah, 2002: 95). 
Metode eksperimen  merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar. Demonstrasi yang dimaksud ialah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu.
Kelebihan metode eksperimen 
1)     Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan. 
2)     Membina siswa membuat terobosan baru. 
3)     Hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia. 
Kelemahan metode eksperimen
1)     Cenderung sesuai bidang sains dan teknologi.
2)     Kesulitan dalam fasilitas.
3)     Menuntut ketelitian, kesabaran, dan ketabahan.
4)     Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan.
f.        Metode latihan (drill) 
Metode latihan adalah suatu teknik mengajar yang mendorong siswa untuk melaksanakan  kegiatan  latihan  agar  memiliki  ketangkasan  atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari. 
Kelebihan metode latihan
1)     Untuk memperoleh kecakapan motoris.
2)     Untuk memperoleh kecakapan mental
3)     Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat.
4)     Pembentukan kebiasaan serta menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
5)     Pemanfaatan kebiasaan yang tidak membutuhkan konsentrasi.
6)     Pembentukan kebiasaaan yang lebih otomatis.
Kelemahan metode latihan.
1)     Menghambat bakat dan inisiatif siswa.
2)     Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3)     Monoton, mudah membosankan.
4)     Membentuk kebiasaan yang kaku.
5)     Dapat menimbulkan verbalisme.
g.       Metode Tugas dan Resitasi
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa metode resitasi adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan tugas tertentu kepada siswa untuk dikerjakan dan hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam materi pelajaran dan dapat pula mengevaluasi materi yang telah dipelajari. Sehingga siswa akan terangsang untuk belajar  aktif baik secara individual maupun kelompok.
Tidak bisa dipungkiri bahwa selama ini semua pendidik memberikan tugas. Jadi, kenyataan siswa banyak mempunyai tugas dari beberapa mata pelajaran itu. Akibatnya tigas itu terlalu banyak diberikan kepada siswa, menyebabkan siswa mengalami kesukaran untuk mengerjakan, serta dapat menganggu pertumbuhan siswa, karena tidak mempunyai waktu lagi untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain yang perlu untuk perkembangan jasmani dan rohaninya pada usiannya.
Maka dari itu, ciri yang baik dalam pemilihan metode ini adalah jangan terlalu sesering atau kerap kali memberikan resitasi atau tugas kepada peserta didik agar tidak terlalu menyita waktu para peserta didik dan menganggu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara wajar.
Kelebihan-kelebihan metode tugas dan resitasi adalah:
1)     Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang konstruktif.
2)     Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas sebab dalam strategi ini siswa harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu (tugas) yang telah dikerjakan.
3)     Memberikan kebiasaan siswa untuk giat belajar. Memberikan tugas siswa untuk sifat yang praktis. ( Zuhairini, dkk 1983 : 98).
Kekuranagan metode tugas dan resitasi adalah:
1)     Tidak jarang pekerjaan yang ditugaskan itu diselesaikan dengan meniru pekerjaan orang lain.
2)     Karena perbedaan individu, maka tugas apabila diberikan secara umum mungkin beberapa orang diantaranya merasa sukar sedangkan sebagian lainnya merasa mudah menyelesaikan tugas tersebut.
3)     Apabila tugas diberikan, lebih-lebih bila itu sukar dikerjakan, maka ketenangan mental para siswa menjadi terpengaruh. (Ali Pande & Imansyah 1984 : 92).


h.      Metode Inquiri
Metode inkuiri adalah metode pembelajaran dimana siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses penemuan, penempatan siswa lebih banyak belajar sendiri serta mengembangkan keaktifan dalam memecahkan masalah.
Proses inquiri adalah suatu proses khusus untuk meluaskan pengetahuan melalui penelitian. Oleh karena itu metode inquiri kadang-kadang disebut juga metode ilmiahnya penelitian. Metode inquiri adalah metode belajar dengan inisiatif sendiri, yang dapat dilaksanakan secara individu atau kelompok kecil. Situasi inquiri yang ideal dalam kelas matematika terjadi, apabila murid-murid merumuskan prinsip matematika baru melalui bekerja sendiri atau dalam grup kecil dengan pengarahan minimal dari guru. Peran utama guru dalam pelajaran inquiri sebagai metoderator (Sutrisman, Tambunan, 1987 : 6.39).
Sebuah contoh pengajaran penemuan dalam geometri adalah menarik jarak antara dua garis yang sejajar. Sejenis dengan ini, dalam inquiri adalah menarik jarak antara dua garis yang bersilangan sembarang dalam ruang. Contoh-contoh topik lainnya untuk inquiri adalah menentukan kepadatan lalu lintas di suatu perempatan, menentukan air yang terbuang percuma dari kran ledeng yang rusak, menentukan banyak air suatu aliran sungai.
Sebuah tujuan mengajar dengan inquiri adalah agar siswa tahu dan belajar metode ilmiah dengan inquiri dan mampu mentransfernya ke dalam situasi lain. Metode ini terdiri dari 4 tahap, yaitu :
a.       Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan, teka-teki, dan sebagainya.
b.      Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menentukan prosedur mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang diperlukannya untuk memecahkan pertanyaan, pernyataan, masalah, dan sebagainya.
c.       Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inquiri yang baru dilaksanakan.
d.      Siswa menganalisis metode inquiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan metode umum yang dapat diterapkannya ke situasi lain.
Adapun kegiatan-kegiatan dalam menerapkan metode inquiri, sebagai berikut :
a.       Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam;
b.      Merumuskan masalah yang ditemukan;
c.       Merumuskan hipotesis;
d.      Merancang dan melakukan eksperimen;
e.       Mengumpulkan dan menganalisis data;
f.       Menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni : objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab.
Dari pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode ini berada pada ranah kognitif, maka kriteria pemilihan metode pembelajaaran metode inquiri adalah harus didasarkan pada tujuan pembelajaran atau konteks domain tujuan pembelajaran yang tujuannya dengan penekanannya pada domain kognitif.
Kelebihan dari Metode Inquiri 
1)     Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berfikir sebab ia berfikir dan menggunakan kemampuan untuk hasil akhir.
2)     Perkembangan cara berfikir ilmiah, seperti menggali pertanyaan, mencari jawaban, dan menyimpulkan / memperoses keterangan dengan metode inquiri dapat dikembangkan seluas-luasnya.
3)     Dapat melatih anak untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat mengembangkan pendidikan demokrasi.
Kekurangan dari metode inquiri 
1)     Belajar mengajar dengan metode inquiri memerlukan kecerdasarn anak yang tinggi. Bila anak kurang cerdas, hasilnya kurang efektif.
2)     Metode inquri kurang cocok pada anak yang usianya terlalu muda, misalnya anak SD.
i.         Metode Pemecahan Masalah
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan suatu permasalahan, yang kemudian dicari penyelasainnya dengan dimulai dari mencari data sampai pada kesimpulan. Seperti apa yang ungkapkan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain bahwa.
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa ciri pemilihan metode ini berdasarkan sifat atau karakter pendidik yang pendiam.
Kelebihan metode pemecahan masalah ini adalah:
1)     Pemecahan masalah merupakan tehnik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.
2)     Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan siswa kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3)     Pemecahan masalah  dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran siswa.
4)     Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5)     Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. 
6)     Melalui pemecahan masalah  bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
7)     Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
8)     Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
9)     Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
10) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.(Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran,).
Kekurangan metode problem solving (metode pemecahan masalah) adalah:
1)     Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
2)     Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran.
3)     Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa. (Syaiful Bahri Djamarah & Azwan Zain, Strategi Belajar, h. 93.)

C.   TEKNIK DAN TAKTIK PEMBELAJARAN
1.    Pengertian Teknik dan Taktik Pembelajaran
Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.  Selain beberapa istilah di atas ada juga istilah “teknik pembelajaran” dan “taktik pembelajaran”. Menurut Sudrajat teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan sutu metode secara spesifik. Misalnya, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak embutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan pengguaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Ismail Sukardi (2011 : 33)
Teknik diartikan sebagai metode atau sistem mengerjakan sesuatu, cara membuat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1158).
Teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan guru dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
a.       Teknik Individual, terdiri dari:
1)     Directive counseling
2)     Non-directive counseling
3)     Eclective counseling
b.      Teknik Kelompok, terdiri dari:
1)     Home room
2)     Field drip (karya wisata)
3)     Group discussion
4)     Pelajaran bimbingan
5)     Kelompok bekerja
6)     Pengajaran remidi
7)     Ceramah bimbingan
8)     Organisasi murid
9)     Sosiodrama dan psikodrama.
Adapun taktik pembelajaran kata Sudrajat merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pebelajaran tertentu yang sifatnya individual. Ismail Sukardi (2011)
Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat).
2.    Macam-macam Teknik Pembelajaran
Seperti halanya prinsip, pendekatan, dan metode, teknik pembelajaran dapat dibagi atas dua bagian, yaitu teknik umum dan teknik khusus.
a.       Teknik Umum (Teknik Umum Mengajar)
Teknik umum adalah cara-cara yang dapat digunakan untuk semua bidang studi. Teknik umum di antaranya sebagai berikut.
1)     Teknik Ceramah
2)     Teknik Tanya jawab
3)     Teknik diskusi
4)     Teknik ramu pendapat
5)     Teknik pemberian tugas
6)     Teknik latihan
7)     Teknik demonstrasi
8)     Teknik simulasi
Nama-nama teknik umum ini sama seperti nama-nama metode umum, namun wujudnya tentu berbeda. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. meskipun dalam koridor metode yang sama. Sebagai metode, ceramah mencakup pemilihan, penyusunan, dan penyajian bahan. Bahkan, metode ceramah juga mencakup bagaimana menyajikan bahan, dan biasanya teknik ceramah itu hanya salah satu teknik yang dipakai dalam suatu pertemuan atau kegiatan belajar mengajar.
Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik.
b.       Teknik Khusus (Teknik Khusus Pengajaran Bidang Studi Tertentu)
Teknik  khusus adalah cara mengajarkan (menyajikan atau memantapkan) bahan-bahan pelajaran bidang studi tertentu. Teknik khusus pengajaran bahasa mempunyai ragam dan jumlah yang sangat banyak. Hal ini karena teknik mengacu kepada penyajian materi dalam lingkup yang kecil.
Sebagai contoh, teknik pengajaran keterampilan berbahasa terdiri atas teknik pembelajaran membaca, teknik pembelajaran menulis, teknik pembelajaran berbicara, teknik pembelajaran menyimak, teknik pembelajaran tata bahasa, dan teknik pembelajaran kosa kata.
Pembelajaran membaca terbagi pula atas teknik pembelajaran membaca permulaan dan teknik pembelajaran membaca lanjut. Masing-masing terdiri pula atas banyak macam. Begitulah, teknik khusus itu banyak sekali macamnya karena teknik khusus itu berhubungan dengan rincian bahan pembelajaran.
Dalam setiap kegiatan belajar mengajar, misalnya guru bahasa Indonesia, hanya menggunakan satu metode, katakanlah metode khusus pembelajaran bahasa (yang ditunjang sejumlah pendekatan dan prinsip), tetapi menggunakan sejumlah teknik, baik umum maupun khusus. Teknik ini setiap saat divariasikan.

D.   MENENTUKAN PENDEKATAN, METODE, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN
Kegiatan guru saat merancang pembelajaran amatlah krusial. Salah satu bagian dari kegiatan merancang pembelajaran ini adalah menentukan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Apabila guru memilih pendekatan, metode, dan teknik yang tidak tepat dapat dipastikan bahwa pembelajaran tidak akan berjalan efektif. Sementara bila guru berhasil memilih dan menentukan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran dengan baik, dapat diasumsikan bahwa pembelajaran yang akan dilakukannya kemungkinan besar akan berjalan efektif.
Untuk menentukan atau memilih pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang sesuai, maka guru harus memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa hal, seperti:

1)   Kesesuaian pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran dengan tujuan pembelajaran. 

Tidak semua pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran cocok dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran seringkali punya kompatibilitas tertentu dengan tujuan pembelajaran tertentu. Taruh contoh mudah, bila tujuan pembelajaran adalah: Siswa dapat merakit sebuah PC, maka metode ceramah atau diskusi tidak akan dapat mencapai tujuan pembelajaran ini, sebaliknya mungkin metode pembelajaran aktif akan berhasil.

2)   Kesesuaian pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran dengan materi pembelajaran

  Sudah barang tentu materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa sangat mempengaruhi pemilihan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Ada materi-materi yang hanya cocok diberikan melalui pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran tertentu dan tidak cocok jika diberikan melalui pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang lainnya. Misalnya jika materi pembelajaran berupa fakta maka ceramah dapat dipilih dan berfungsi dengan baik. Sedangkan materi seperti pengetahuan prosedural seperti langkah-langkah membuat kue donat cocok diberikan dengan pembelajaran langsung.

3)   Ketersediaan media, alat, bahan, dan sumber belajar.

Beberapa pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran mungkin sangat ideal untuk dipilih, tetapi sebelum benar-benar memilihnya, guru kembali harus memperhatikan ketersedian media pembelajaran, alat, bahan, dan sumber belajar. Apakah guru dapat melaksanakan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran bila alat, bahan, sumber, dan media yang diperlukan tidak tersedia?

4)   Kemampuan Siswa.

Dalam menentukan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran tertentu, seringkali guru juga harus memperhatikan tingkat kemampuan siswa. Ada pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang mudah untuk diterapkan pada berbagai kemampuan/jenjang pendidikan/tingkat/kelas siswa. Tetapi adapula pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang sulit diterapkan pada siswa di kemampuan/jenjang pendidikan/tingkat/kelas tertentu. Contohnya: di suatu sekolah yang sering melakukan kegiatan laboratorium, metode inkuiri atau penemuan terbimbing mungkin dapat dengan mudah dilaksanakan, tetapi pada sekolah tertentu yang sama sekali tidak pernah melakukan kegiatan di laboratorium dan berlatih keterampilan proses sains, maka metode inkuiri dan penemuan terbimbing mungkin akan sulit dilaksanakan.

5)   Gaya belajar siswa.

Setiap siswa mempunyai gaya belajar masing-masing yang mungkin berbeda satu sama lain. Oleh karena itu guru harus mempertimbangkan hal ini agar pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang dipilihnya dapat mengakomodasi semua siswa dengan gaya belajar yang berbeda-beda.

6)   Ketersediaan waktu.

Kadangkala waktu adalah faktor pembatas yang sangat penting dalam pemilihan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang akan digunakan. Beberapa pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran kadangkala dalam penerapannya memerlukan waktu yang banyak, sementara pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang lain hanya membutuhkan sedikit waktu.

7)   Jaminan adanya variasi.

Guru juga harus mempertimbangan bahwa ada jaminan variasi dalam penggunaan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak bosan dan mengakomodasi berbagai gaya belajar dan jenis kecerdasan yang dimiliki siswa.

8)   Jaminan adanya interaksi antara guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa.

Interaksi antar anggota kelas, dalam hal ini antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan interaksi sesama siswa dalam pembelajaran sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran yang dilaksanakan. Semakin banyak interaksi yang terjadi, dan berlangsung dari berbagai arah, maka akan semakin besar proses pembelajaran yang terjadi pada siswa. Guru hendaknya mempertimbangkan aspek ini saat menentukan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang akan digunakannya.
Selain itu untuk meningkatkan kemampuan guru dalam memilih dan menentukan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran yang dilaksanakannya, ada baiknya guru rajin untuk membaca berbagai literatur terkait berbagai pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang sedang berkembang dan banyak digunakan dewasa ini. (Dari Berbagai Sumber)





























DAFTAR PUSTAKA
Nasution. 1997. BERBAGAI PENDEKATAN dalam proses BELAJAR dan MENGAJAR. Jakarta: Bumi Aksara
Komalasari, Kokom. 2011. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Konteks dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama
Gordon, Thomas. 1986. GURU YANG EFEKTIF. Jakarta: CV. RAJAWALI
Sudjana, Nana., dan Suwariyah, Wari. 1991. Model-model Belajar CBSA. Bandung: Sinar Baru
Djamarah, Bahri, Syaiful. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : PT Rineka Cipta
Dirdjosoemarto dkk. 2004. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung : FPMIPA UPI dan JICA IMSTEP.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.




















 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam kenal dari ViiJourney buat semua Sobey yang sempat baca tulisan dalam blog ini. Sini, tinggalkan komentar di bawah. Kita saling sapa :)