
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum
pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952,
1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan direncanakan pada tahun 2004. Perubahan
tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik,
sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan
secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.
Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu
Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan
serta pendekatan dalam merealisasikannya.
Pada prinsipnya,
KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya
diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur, dan
muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas
Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang dapat diambil oleh penulis berdasarkan latar belakang di
atas adalah :
ü Apa
itu KTSP?
ü Apa
saja struktur dan muatan yang terdapat dalam KTSP?
ü Bagaimana
mengembangkan sebuah KTSP?
ü Apa
saja komponen yang terdapat didalam KTSP?
ü Apa
tujuan dari KTSP?
C. Manfaat/ Kegunaan
Tentunya makalah
ini memiliki manfaat baik bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut :
ü Penulis
bisa memahami tentang Kurikulum 2006 atau KTSP
ü Menambah
wawasan pembaca tentang Kurikulum 2006 atau KTSP
D.
Tujuan
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah :
ü Memenuhi
tugas Mata kuliah Kurikulum Pembelajaran
ü Agar Mahasiswa lebih mengerti dan
memahami materi KTSP
ü Dan lebih mendalami materi KTSP dan
apa saja yang ada didalamnya
E.
Metode
Adapun metode yang digunakan dalam
penyusunan makalah ini adalah metode pustaka.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan
makalah ini terdiri atas BAB 1 Pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan
masalah, manfaat/kegunaan,tujuan, metode, dan sistematika penulisan. BAB 2
berisi pembahasan, dan BAB 3 penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
HAKIKAT KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PANDIDIKAN (KTSP)
1.
Pengertian KTSP
KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi dan
karakteristik sekolah/ daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan
karakteristik peserta didik. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikumum
tingkat satuan pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurukulum dan
standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang
bertugas di bidang pendidikan.
KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar
lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan dan diharapkan
memiliki tanggung jawab yang memadai. Penyempurnaan kurilulum yang berkelanjutan
merupakan keharusan agar sistem pendidikan nasional selalu relevan dan
kompetitif. Hal itu juga sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningatan standar
nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam
rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2.
Konsep Dasar KTSP
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP PAsal 1, ayat 15)
dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan
pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta
kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BNSP).
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2)
sebagai berikut.
1)
Pengembangan
kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan Tujuan
Pendidikan Nasional
2)
Kurikulum
pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.
KTSP merupakan strategi pengembangan
kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi.
KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi
luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka
mengefektifkan potensi belajar mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar
setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola
sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalolasikannya sesuai prioritas
kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
Dalam KTSP pengembangan kurikulum
dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta komite sekolah dewan pendidikan.
Badan ini merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat
daerah setempat, komisi pendidikan pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD),
pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga kependidikan, perwakilan
orangtua peserta didik dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan
segala kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikan yang
berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu merumuskan dan menetapkan visi, misi
dan tujuan sekolah dengan berbagai implikasinya terhadap program kegiatan
operasional untuk mencapai tujuan sekolah.
3.
Tujuan KTSP
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk
mendirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberikan kewenangan
(otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif
dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkanya KTSP adalah untuk:
1.
Meningkatkan
mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan
kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia
2.
Meningkatkan
kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui
pengambilan keputusan bersama
3.
Meningkatkan
kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang
akan dicapai.
Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang
sebagai suatu pola pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang
digulirkan dewasa ini. Oleh karena itu, KTSP perlu diterapkan oleh setiap
satuan pendidikan, terutama berkaitan dengan tujuan hal sebagai berikut:
1)
Sekolah
lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya
sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk
memajukan lembaganya
2)
Sekolah
lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan
dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
3)
Pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan
sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi
sekolahnya
4)
Keterlibatan
semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum menciptakan
transparasi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efisien dan efektif bilamana
dikontrol oleh masyarakat setempat
5)
Sekolah
dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah,
orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan
berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP
6)
Sekolah
dapat melakukan persaingan yagn sehat dengan sekolah lain untuk meningkatkan
mutu pendidikan melalui upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik,
masyarakat dan pemerintah daerah setempat.
7)
Sekolah
dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah
dengan cepat, serta mengakomodasinya dalam KTSP.
4.
Landasan Pengembangan KTSP
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh undang-undang dan peraturan pemerintah
sebagai berikut :
a. Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentnag Sisdiknas
Dalam
Undang-Undang Sisdiknas dikemukakan bahwa Satandar Nasional Pendidikan (SNP)
teridiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan yang
harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. SNP digunakan sebagai acuan
pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan
dan pembiayaan. Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan
pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan
standarisasi, penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.
b. Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 adalah peraturan tentang standar Nasional
Pendidikan (SNP). SNP merupakan criteria minimal tentang system pendidikan di
seluruh wilayah hokum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam peraturan
tersebut dikemukakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa KTSP adalah kurikulum
operasional yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL) dan
standar isi.
c. Peraturan
Menteri Pendidikan Nomor 22 Tahun 2006
Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 mengatur tentang standar isi
untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar
Isi, mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk
mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
d. Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006
Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional no. 23 Tahun 2006 mengatur Standar Kompetensi
Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman
penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar Kopetensi Lulusan
meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan
menengah, standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran dan standar
kompetensi lulusan minimal mata pelajaran, yang akan bermuara pada kompetensi
dasar.
e. Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006
Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 mengatur tentang pelaksanaan SKL
dan Standar isi. Dalam peraturan ini dikemukakan bahwa satuan pendidikan dasar
dan menengah mengembangkan dan menetepkan kurikulum tingkat satuan pendidikan
dasar dan menengah sesuai kebutuhan satuan pendidikan yang bersangkutan,
berdasarkan pada:
a)
Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 tentnag Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 sampai dengan
PAsal 38
b)
Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 5 sampai
dengan pasal 18 dan pasal 25 sampai pasal 27
c)
Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 tentang standar kompetensi
lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
4.
Karakteristik KTSP
KTSP
merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum dalam konteks
desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, yang akan memberikan wawasan baru
terhadap system yang sedang berjalan salama ini. Karakteristik KTSP bisa
diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan pendidikan dapat
mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar,
profesionalisme tenaga kependidikan, serta system penilaian. Berdasarkan uraian
di atas dapat dikemukakan beberapa karakteristik KTSP sebagai berikut:
a. Pemberian
Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan
KTSP
memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, disertai
seperangkat tanggungjawab untuk mengembangakan kurikulum sesuai dengan kondisi
setempat. Selain itu sekolah dan satuan pendidikan juga diberkan kewenangan
untuk mengali dan engelola sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan.
b.
Partisipasi Masyarakat dan Orangtua
yang Tunggi
Dalam
KTSP, pelaksanaan kurikulum didukung oleh partisipasi masyarakat dan orangtua
peserta didik yang tinggi, bukan hanya mendukung sekolah melalui bantuan
keuangan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta
mengembangkan program-program yagn dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
c. Kepemimpinan
yang Demokratis dan Profesional
Dalam
KTSP, pengembangan danpelaksanaan kurikulum didukung oleh adanya kepemimpinan
sekolah yang demokratis dan professional. Kepala sekolah dan guru-guru sebagai
tenaga pelaksana kurikulum merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan dan
integritas professional. Kepala sekolah adalah manajer pendidikan professional
yang direkrut komite sekolah untuk mengelola segala kegiatan sekolah
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan.
d. Tim-Kerja
yang Kompak dan Transparan
Dalam
KTSP, keberhasilan pengembangan kurikulum dan pemelajaran didukung oleh kinerja
team yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam
pendidikan. Dalam dewan pendidikan dan komite sekolah misalnya, pihak-pihak
yang terlibat bekerja sama secara harmonis sesuaidengan posisinya masing-masing
utnuk mewujudkan suatu “sekolah yang dapat dibanggakan” oleh semua pihak.
5.
Akankah KTSP Mendongkrak Kualitas
Pendidikan
Melalui
KTSP, sekolah dan satuan pendidikan perlu dikembangkan menjadi lembaga yang
diberi wewenang dan tanggung jawab secara luas untuk mandiri, maju dan
berkembang berdasarkan strategi kebijakan manajemen pendidikan yang ditetapkan
pemerintah. Persoalah yang muncul adalah apakah kondisi actual satuan
pendidikan dan sekolah di Indonesia beserta sumber dayanya sudah memiliki
kesiapan untuk mengembangkan dan melaksanakan KTSP yang akan mengubah pola dan
system pengembangan kurikulum. Sehubungan dengan itu, agar pengembangan dan
penerapan KTSP mampu mendongkrak kualitas pendidikan, perlu didukung oleh
perubahan mendasar dalam kebijakan pengelolaan sekolah yang menyangkut aspek
berikut:
a.
Iklim Pembelajaran yang Kondusif
Pengembangan
KTSP perlu didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif bagi terciptanya
suasana yagn aman, nyaman dan tertib, sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan tenang dan menyenangkan. Iklim yang demikian akan mendorong
terwujudnya proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan bermakna; yang
lebih menekankan pada belajar mengetahui, belajar berkarya, belajar menjadi
diri sendiri dan belajar hidup bersama secara harmonis.
b.
Otonomi Sekolah dan Satuan
Pendidikan
Dalam
pengembangan kurikulum sentralesasi, sekolah dan satuan pendidikan sebagai
pelaksana kurikulum, hampir tidak pernah diberi kewenangan untuk menentukan
kurikulum atau system evaluasi pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi
dan kebutuhan peserta didik secara actual. Sekolah hanya berfungsi sebagai
pelaksana kurikulum dari pusat, meskipun kadang-kadang tidak sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan peserta didik.
c.
Kewajiban Sekolah dan Satuan
Pendidikan
KTSP yang
menawarkan keleluasaan dalam pengembangan kurikulum, memiliki potensi yang
besar dalam menciptakan kepala sekolah, guru dan pengelola satuan pendidikan
secara professional. Oleh karena itu, pelaksanaan KTSP perlu disertai
seperangkat kewajiban serta monitoring dan tuntutan pertanggung jawaban yang
relative tinggi, untuk menjamin bahwa sekolah selain memiliki otonomi juga
mempunyai kewajiban melaksanakan kebijakan pemerintah dan memenuhi harapan
masyarakat. Dengan demikian sekolah dan satuan pendidikan dituntut mampu
mengembangkan kurikulum dan mengelola sumber daya secara transparan,
demokratis, dan bertanggung jawab baik terhadap masyarakat mampu pemerintah,
dalam rangka meningkatkan kapasitas pelayanan dan kualitas terhadap peserta
didik.
d.
Kepemimpinan Sekolah yang Demokratis
dan Profesional
Pelaksanaan
KTSP memerlukan sosok kepala sekolah yang memiliki kemampuan manajerial dan
integritas professional yang tinggi, serta demokratis dalam proses pengambilan
keputusan-keputusan mendasar. Dalam implemantasi KTSP, kepala sekolah menuntut
untuk memiliki visi dan wawasan yang luas tentang pembelajaran yang efektif
seta kemampuan professional yagn memadai dalam bidang perencanaan,
kepemimpinan, manajerial dan supervise pendidikan. Ia juga harus memiliki
kemampuan untuk mengembangkan kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak
yang terkait dengan kurikulum.
e.
Revitalisasi Partisipasi asyarakat
dan Orangtua
Secara
historis sekolah merupakan system pendidikan yagn berkembeng dari, oleh dan
utnuk masyarakat, sehingga masyarakat memiliki tanggungjawab yang sangat besar
terhadap eksisiensinya. Namun dalam perkembangan berikutnya, terutama sekolah
yang dikelola oleh pemerintah seolah-olah berada di luar masyarakat dan orang
tua sehingga partisipasi mereka menjadi pudar. Dalam pengembangan KTSP,
partisipasi aktif berbagai kelompok masyarakat dan pihak orang tua dalam
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan program sekolah perlu
dibangkitkan kembali. Wujud keterlibatan, bukan hanya dalam bantuan financial,
tetapi lebih dari itu dalam pemikiran untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
f.
Menghidupkan serta Meluruskan KKG
dan MGMP
Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Musyawarah Guru Bidang Studi (MGBS) dan
Kelompok Kerja Guru (KKG) merupakan organisasi guru, yang pada saat
inikeberadaannya pada sebagian sekolah dan satuan pendidikan sudah mati suri.
Dikatakan demikian, karena kebanyakan organisasi tersebut pada saat ini sudah
tidak memiliki dan tidak melakukan program kerja sesuai dengan tujua awalnya.
Tujuan MGMP dan KKG terutama adalah untuk meningkatkan kompetensi dan
professionalism guru dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Selain itu
kegiatan MGMP dan KKG yagn dilakukan dengan intensif, dapat dijadikan sebagai
wahana pengembangan diri guru untuk menignkatkan kapasitas dan kemampuan guru
serta menambah pengetahuan dan keterampilan dalam bidang yang diajarkan.
g.
Kemandirian Guru
Dalam KTSP
guru juga harus mampu bekerja mandiri untuk memperbaiki diri dalam
pembelajaran. Hal ini penting agar ia benar-benar menjadi guru yang mampu
digugu dan ditiru. Sehingga tidak saja mampu mengembangkan KTSP tetapi juga
melaksanakannya dalampembelajaran secara efektif dan menyenangkan. Kemandirian
guru terutama diperlukan dalam menghadapi dan memecahkan berbagai roblema yang
sering muncul dalam pembelajaran. Guru harus mampu mengambil tindakan terhadap
berbagai permasalahan secara tepat waktu dan tepat sasaran. Kemandirian guru
juga akan menjadi figur bagi peserta didik, sehingga mereka terbiasa untuk
memecahkan masalah secara mandiri dan professional. Dengan demikian implementasi
KTSP yang ditunjang dengan kemandirian guru diharapkan dapat menciptakan
pemebelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM), yang akan
bermuara pada peningkatan prestasi belajar peserta didik dan prestasi sekolah
secara keseluruah.
B.
MEMAHAMI DAN MEMAKNAI STANDAR ISI
Standar isi adalah ruang lingkup
materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalaam criteria tentang
kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan
jenis pendidikan tententu. Standar isi memuat kerangka dasar, struktur
kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kalender
pendidikan.
1.
Kerangka Dasar Kurikulum
Kurikulum
adalah seperangkat rncana dan pengetauan mengenai tujuan, kompetensi dasar,
materi standard an hasil belajar serta cara yan digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan
tujuan pendidikan. Untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada
penjang pendidikan dasar dan meenngah terdiri atas:
1)
Kelompok
mata pelajaran agama dan akhak mulia yang dilaksanakan melalui kegiatan
keagamaan, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi ,
estetika, jasmani, oleh raga dan kesehatan
2)
Kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; yang dilaksanakan melalui
kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya serta
pendidikan jasmani
3)
Kelompok
mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; yang dilaksanakan melalui
kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
kererampilan, kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi serta muatan local
yang relevan
4)
Kelompok
mata pelajaran estetika; yang dilaksanakan melaluikegiatan bahasa, seni dan
budaya, keterampilan dan muatan local yang relevan
5)
Kelompok
mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan; yang dilakukan melalui
kegiatan jasmani, olehraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam dan
muatan local yang relevan
2.
Struktur Kurikulum
Struktur
kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum setiap
mata pelajaran pada setiap satuan pedidikan dituangkan dalam kompetensi yang
harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam
struktur kurikulum. Kompetensi tersebut terdiri atas standar kompetensi dan
kopetensi lulusan.
C.
MEMAHAMI DAN MENJABARKAN STANDAR
KOMPETENSI LULUSAN
1.
Standar Kompetensi Lulusan Satuan
Pendidikan
Standar kompetensi lulusan (SKL) satuan pendidikan adalah
kualifikasi kemampuan lulusan yang mancakup pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang diguanakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meluputi kompetensi untuk seluruh
mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran
SKL pada jenjang pendidikan dasar bertujuan utnuk meletakan
dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lant. SKL pada jenjang
pendidikan mengengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengerahuan,
kepribadian, akhal mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikti
pendidikan lebih lanjut.
2.
Standar Kompetensi Kelompok Mata
Pelajaran
Kulaifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan pengauasaan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan
dicapai pada stiap tingkat dan atau semserter untuk kolampok mata pelajaran
tertentu.
Standar
kompetensi Kelompok Mata Pelajaran terdiri atas kelompok-kelompok mata
pelajaran: agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu
pengetahuan dan teknologi, estetika, dan jasmani rohani dan kesehatan.
3.
Standar Kompetesnsi dan Kompetensi
Dasar
Standar kompetensi dan kompetensi dasar merupakan arah dan
landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indicator
pencapaian kompentensi untuk penilaian. Sedangkan dalam merancang kegiatan
pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan standar proses dan standar penilaian.
Dalam kaitannya dengan KTSP, Depdiknas telah menyiapkan Standar Kompetensi dan
Kompetansi Dasar (SKKD) berbagai mata pelajaran, untuk dijadikan acuan oleh
guru dalam mengembangkan KTSP pada satuan pendidikan masing-masing.
Dengan
demikian tugas utama guru dalam KTSP adalah menjabarkan, menganalisis,
mengambangkan indicator, dan menyesuaikan SKKD dengan karakter dan perkembangan
peserta didik, situasi dan kondisi sekolah, serta kondisi dan kebutuhan daerah.
Selanjutnya megemas hasil analisis terhadap SKKD tersebut ke dalam KTSP, yang
didalamnya mengcakup silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
D.
MENGEMBANGKAN KTSP
1.
Pengambangan kurikulum Tingkat
Nasional
Dalam
kaitannya dengan KTSP, pengembangan kurilulum tingkat nasional dilakukan dalam
rangka mengembangkan Standar Nasional Pendidikan, yang pada saat ini mencakup
standar kompetnasi lulusan (SKL) dan
Standar Isi (SI) untu setiap satuan pendidikan pada masing-masing jenjang dan
jenis pendidikan terutama pada jalur pendidikan sekolah.
2.
Pengembangan KTSP
Pada
tingkat ini dibahas pengembangan kurikulum untuk setiap satuan pendidikan.
Kegiatan yang dilakukan pada tap ini antara lain:
1)
Megnanalisis,
mengambangkan standar kompetensi luusan dan standar isi
2)
Merumuskan
visi dan misi serta merumuskan tujuan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan
3)
Berdasarkan
SKL,standar isi, visi, misi serta tujuan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan di atas selanjutnya dikembangkan bidang studi-bidang yang akan
diberikan untuk merealisasikan tujuan tersebut.
4)
Mengambangkan
dan mengidentifikasi tenaga-tenaga kepandidikan sesuai kualifikasi yang
diperlukan.
5)
Mengidentifikasi
fasilita pembelajaran yang diperlukan untuk member kemudakah belajar sesuai
dengan standar sarana dan prasarana pendidikan yang ditetapkan BSNP
3.
Prinsip Pengembangan KTSP
Kurikulum
tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan
oleh sekolah dan kemite sekolah berpedoman pada standar kompertensi lulusan dan
standar isi serta penduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP, dengan
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut (Permendiknas, No. 22 Tahun 2006)
:
1.
Berpusat
pada potensi, perkembangan serta kebutuhan peserta didik dan lingkungan
2.
Beragam
dan terpadu
3.
Tanggap
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni
4.
Relevansi
dengan kebutuhan
5.
Menyeluruh
dan berkesinambungan
6.
Belajar
sepanjang hayat
7.
Seimbang
antara kepentingan global nasional dan local
4.
Strategi Pengambangan KTSP
Terdapat
beberapa stategi yang perlu diperhatikan dalam pengambangan dan pelaksanaan
KTSP, terutama berkaitan dengan sosialisasi KTSP di sekolah, menciptakan
suasana yang kondusif, mengambangkan fasilitas dan sumber belajar, membina
disiplin, mengambangkan kemandirian kepala sekolah, mangubah paradigma (pola
pikir) guru, serta memberdayakan staff.
E.
KEUNGGULAN
DAN KELEMAHAN KTSP
KTSP yang juga. merupakan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) memiliki berbagai keunggulan dan kelemahan.
Keunggulan konsep ini, meski bukan format satu-satunya untuk mengantisipasi
permasalahan pendidikan, namun secara umum, KTSP bisa 'diandalkan' menjadi
patokan menghadapi tantangan masa depan dengan pembekalan keterampilan pada
peserta didik. Keunggulan lain, KTSP memiliki kemampuan beradaptasi dengan
daerah ,setempat, karena keterampilan yang diajarkan berdasarkan pada
lingkungan dan kemampuan peserta didik.
Di samping itu juga adanya penghargaan bagi
pribadi peserta didik. Peserta didik yang mampu menyerap materi dengan cepat
akan diberi tambahan materi sebagai pengayaan, dan peserta didik yang kurang
akan ditangani oleh guru dengan penuh kesabaran dengan mengulang materinya atau
memberi remedial. Peserta didik juga diajak bicara, diskusi, wawancara dan
membahas masalah-masalah yang kontekstual, yang dalam kenyataannya memang
diperlukan sehingga peserta didik menjadi lebih mengerti dan menjiwai
permasalahannya karena sesuai dengan keadaan peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari. Peserta. didik tidak hanya dituntut untuk menghafal namun yang
lebih penting sudah adalah belajar proses sehingga men dorong peserta didik
untuk meneliti dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, kesulitan yang mungkin saja
timbul dari pelaksanaan KTSP ini adalah diperlukannya waktu yang cukup oleh
pendidik dalam membina perkembangan peserta didiknya, terutama peserta didik
yang berkemampuan di bawah rata-rata. Kenyataan membuktikan, kondisi sosial dan
ekonomi yang menghimpit kesejahteraan hidup para guru, menyebabkan mereka kurang
berkonsentrasi dalam proses pembelajaran. Belum lagi mengingat kualitas guru
yang kurang merata di setiap daerah. Ini artinya, KTSP menghadapi kendala daya
kreativitas dan beragamnya kapasitas guru untuk membuat. kurikulum sendiri.
Kendala lain, KTSP menuntut
kemampuan guru dalam menjalankan pembelajaran berbasis kompetensi dengan
merencanakan sendiri bagaimana strategi yang tepat diterapkan sesuai dengan
kondisi dan kemampuan daerah setempat. Di samping masalah fasilitas pendidikan
di sekolah yang masih sangat minim. Padahal konsep ini lebih menitikberatkan
pada praktek di lapangan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki dibanding teori
semata. Kendala lain yang dialami guru adalah ketidakpahaman mengenai apa dan
bagaimana melakukan evaluasi dengan portofolio. Karena ketidakpahaman ini
mereka kembali kepada pola assessment lama dengan tes-tes dan ulangan-ulangan
yang cognitive-based semata. Tidak adanya model sekolah yang bisa dijadikan
sebagai rujukan membuat para guru tidak mampu melakukan perubahan, apalagi
lompatan, dalam proses peningkatan kegiatan belajar mengararnya.
Berkenaan dengan tidak adanya target
materi dalam KTSP, di satu pihak KTSP menekankan kompetensi peserta didik yang
berarti proses belajar harus diperhatikan oleh guru, di pihak lain materi
meskipun tidak diprioritaskan tetapi akhirnya harus diselesaikan juga. Dengan
demikian guru harus berpacu dengan waktu, sementara proses belajar tidak dapat
dipastikan keberhasilannya. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar
peserta didik yang dibinanya, yang berujung pada penolakan kebijakan pemerintah
tentang Ujian Nasional (UN) sebagai dasar penentuan kelulusan peserta didiknya.
F.
ACUAN
OPERASIONAL PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
KTSP disusun dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1
Peningkatan
iman dan takwa serta akhlak mulia
2
Peningkatan
potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemempuan
peserta didik
3
Keragaman
potensi dan karekteristik daerah dan lingkungan
4
Tuntutan
pembangunan daerah dan nasional
5
Tuntutan
dunia kerja
6
Perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
7
Agama
8
Dinamika
perkembangan global
9
Persatuan
nasional dan nilai-nilai kebangsaan
10 Kondisi sosial budaya masyarakat
setempat
11 Kesetaraan Jender
12 Karakteristik satuan pendidikan.
G. KOMPONEN KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN
1. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan
Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan
berikut
a) Tujuan pendidikan dasar adalah
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
b) Tujuan pendidikan menengah adalah
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c) Tujuan pendidikan menengah kejuruan
adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai
dengan kejuruannya.
2. Struktur dan Muatan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
Struktur dan muatan KTSP pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam SI meliputi lima
kelompok mata pelajaran sebagai berikut:
a) Kelompok mata pelajaran agam dan
akhlak mulia
b) Kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian
c) Kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi
d) Kelompok mata pelajaran estetika
e) Kelompok mata pelajaranjasmani,
olahraga dan kesehatan
Muatan KTSP meliputi sejumlah mata
pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta
didik pada satuan pendidikan. Disamping itu materi muatan lokal dan kegiatan
pengembangan dini termasuk ke dalam isi kurikulum, yaitu :
1)
Mata
pelajaran
2)
Muatan
lokal
3)
Kegiatan
Pengembangan din
4)
Pengaturan
beban belajar
5)
Ketuntasan
belajar
6)
Kenaikan
kelas dan kelulusan
7)
Penjurusan
8)
Pendidikan
dan kecakapan hidup
9)
Pendidikan
berbasis keunggulan Lokal dan Globa
3. Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dasar dan menengah
dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebuttuhan daerah.
karekteristik sekolah. kebutuhan peserta didik dan masyarakat dengan
memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana yang dimuat dalam Standar isi.
4. Masalah-Masalah dalam penerapan
kurikulum KTSP
Beberapa hambatan yang menjadi
kendala berhasil tidaknya pelaksanaan KTSP diantaranya:
a) Kebingungan para guru yang sudah
merasa cocok dengan kurikulum 1975. kurikulum 1984. dan kurikulum 1994.
Pendidik cenderung konservatif (mempertahankan yang sudah usang yaitu tidak
setuju dengan pembaharuan) dan pendidik lanjut usia cenderung tersiksa dengan
KBK dan KTSP ini.
b) Sikap apriori (tidak berdasarkan
atas pengalaman atau kenyataan) terhadap kebijakan pemerintah menyangkut
pemberlakuan KTSP, desentralisasi pendidikan otonomi penyelenggara pendidikan,
dan munculnya permasalahan lain. Contohnya UN sebagai standar kelulusan,
Ulangan Umum Bersama, Penerimaan Siswa Baru. Penyeragaman Buku Laporan
Pendidikan, “pemaksaan” pemuatan mata pelajaran tertantu di daerah yang kurang
cocok dan tidak diikuti dengan alternatif penggantinya.
c) Banyak guru yang belum paham betul
dengan konsep KTSP in bahkan sebagian pengawas sebagai narasumber pun tidak
bias memberikan solusi kesulitan guru. Pendapat antar pengawas yang satu dengan
pengawas yang lain, guru yang satu dengan guru yang lain, kadang versi
jawabannya berbeda.
d) Instrumen evaluasinya pun masih
sering diperdebatkan, mulai dan penulisan soal yang benar, cara menilai dan
menuangkan dalam buku laporan pendidikan.
e) Sumber daya manusia yang sudah
termakan usia dan kurang profesional atau tidak sesuai dengan bidang
keilmuannya, mahalnya biaya pendidikan, gaji dibawah UMR. dan kebijakan tidak
popular dan yayasan penyelenggaja pendidikan.
f) Sarana dan prasarana yang jauh dan
memadai atau peraturan sudah diberlakukan, sarana penunjangnya belum ada
disediakan.
g) Hal mi yang paling penting dalam
menyingkapi hambatan ini adalah adanya upaya sosialisasi KTSP yang terprogram,
jelas, baku, dan sistematis, dan tidak kalah penting adalah adanya kesadaran
para guru, etikat baik, dan kemauan untuk maju supaya keberhasilan pendidikan
dapat direalisasikan.
BAB 3
PENUTUP
A.
Kesimpulan
KTSP merupakan kurikulum operasional
yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan dengan
memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi dan kompetansi dasar yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pengambangan KTSP
deserahkan kepada para pelaksana pendidikan (guru, kepala sekolah, komite
sekolah, dan dewan sekolah)untuk mengembangkan berbagai kompetensi pendidikan
(pengetahuan, keterampilan dan sikap) pada setiap satuan pendidikan di sekolah
dan daerah masing-masing.
Mengingat penyusunan KTSP diperlukan
oleh sekolah dan satuan pendidikan, diharapkan guru, kepala sekolah, komite
sekolah dan dewan pendidikan akan sangat bersahabat dengan kurikulum tersebut.
Dikatakan demikian karena mereka terlibat secara langsung dalam proses
penyusunannya, dan mereka (guru) yang akan melaksanakannya dalam proses
pembelajarannya di kelas, sehingga memahami betul apa yang harus dilakukan
dalam pembelajaran, sehubungan dengan kekuatan (strength), kelemahan
(weakness), kesempatan (opportunity) dan tantangan (threat) yang dimiliki oleh
sekolah dan setiap satuan pendidikan di daerah masing-masing.
Sehubungan KTSP pula, kita punya hajat bersama untuk
memajukan pendidikan dan pembelajaran, kita punya tanggungjawab terhadap
kemajuan sekoah dan prestasi belajar peserta didik. Dalam kerangka inilah
pentingnya menghembuskan isu yang dapat memotivasi kinerja guru dan jajaran
pendidikan di sekolah, serta mengeliminasi dan membuang jauh-jauh is-isu
rendahan yang dapat melecehkan dan mengurangi kinerja guru dan tenaga
kependidikan lain di sekolah.
B.
Saran
Semoga dengan makalah ini pembaca
khususnya pendidik atau calon pendidik bisa memahami secara dalam dan luas
tentang kurikulum KTSP ini agar ketika pelaksanaan di sekolah pembelajaran bisa
berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan karena kurangnya pengetahuan masalah
KTSP.
DAFTAR
PUSTAKA
Mulyasa, Enco. 2006. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam kenal dari ViiJourney buat semua Sobey yang sempat baca tulisan dalam blog ini. Sini, tinggalkan komentar di bawah. Kita saling sapa :)