بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Nulis yang aku sukai aja, semoga bermanfaat juga buat kalian. Happy reading :)"

Datang Terlambat



Kenapa ya semua yang terlambat itu berakhir dengan penyesalan? Aku sampe geregetan sama diriku sendiri yang suka terlambat untuk menyadari suatu hal. Soal kesalahan, kecerobohan, sampai pada soal perasaan. Pernah nggak sih ngerasain yang namanya suka bahkan mungkin sudah sampai pada tahap lebih dari rasa suka, tapi datangnya terlambat? 

Berasa kayak nyesel banget udah bersikap yang tidak sewajarnya, sudah berlebihan dalam menampakkan rasa tidak suka. Eh, pada akhirnya nyesel juga. Malah jadi berbanding terbalik. Apa ini yang namanya benci jadi cinta? Cinta jadi benci? Kayak judul lagu aja. Tapi, kokbener ya. Kok aku gini sih. Kenapa ya? 

Rasanya seperti tengah dipaksa minum kopi yang sebenernya aku nggak suka tapi pas udah minum malah jadi minuman favorit. Kan jadinya aneh. Yaaa, ibaratnya sih gitu.

Memang ya, kalau bahas soal perasaan itu nggak ada habis-habisnya. Mau bilang simpel, tapi rumit. Mau bilang mudah, tapi sulit juga diselesaikan. Padahal yang bikin rumit itu sebenarnya adalah diri kita sendiri. Kita terlalu lama memutuskan sesuatu yang kita sudah tahu mana baik untuk dilakukan. 

Ya kalau bukan diri sendiri, siapa lagi coba? Yang memegang kendali diri kita kan, ya kita sendiri.

Masa iya sih, dia yang udah buat kamu jadi rumit? Enggak, kan? Pun kalau iya, berarti kamu harus siap untuk jujur (soal perasaan atau sejenisnya yang terlambat datang itu). Bukan hanya untuk diri sendiri, tapi jujur juga sama dia yang udah buat kamu jadi rumit. 

Bisa?

Kamu sanggup?

Yakin?

Kalau kamu bisa dan kamu sanggup, juga yakin, ya silakan. 

Aku sih enggak. Aku nggak punya kepercayaan diri meski sedikit saja yang bisa kugenggam saat berdiri di depan dia lalu berkata jujur. Enggak. Ngebayanginnya aja, aku nggak sanggup. 

Aku lebih memilih bungkam. Lalu pergi dengan membawa segenap rasa sesalku ini sejauh mungkin. Mungkin aku juga akan memberikan mode senyap pada perasaan ini, biar ngga ada yang tahu apalagi dia. 

Karena diam adalah satu-satunya caraku (selama ini) untuk menyelamatkan diriku dari rasa sakit yang tampak. Aku lebih suka berpura-pura bahagia, agar orang lain pun bahagia. Karena aku tidak ingin menularkan kesenduan pada mereka. Lebih memilih untuk lara dengan diri sendiri saja. 

Untuk keterlambatan yang baru kusadari, cukup. Kumohon! Jadilah yang pertama dan terakhir kalinya untukku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam kenal dari ViiJourney buat semua Sobey yang sempat baca tulisan dalam blog ini. Sini, tinggalkan komentar di bawah. Kita saling sapa :)