بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Nulis yang aku sukai aja, semoga bermanfaat juga buat kalian. Happy reading :)"

Pejuang ESPEDE: Part 9. Apresiasi Diri


Hi Sobat ViiJourney!
Seperti biasa, bagaimana kabar hati hari ini? Aku kasih waktu lima menit dari sekarang untuk jawab pertanyaan tersebut, dijawab yah :)

Yuk, sesekali peduli dengan diri sendiri. Siapa lagi yang bisa kamu harapkan untuk menanyaimu kabar soal hati selain diri sendiri. Aku hanya membantu untuk mengingatkan kamu, semoga pertanyaan sederhana yang selalu kuawali sebagai pembuka dalam setiap tulisanku ini bermanfaat untuk kalian semua. Ingat ya, dijawab dulu sebelum lanjut baca curhatanku yang ngga begitu penting untuk kalian :)

Seperti yang sudah aku tuliskan di part-part sebelumnya bahwa aku akan komitmen untuk menyelesaikan tulisan ber-part ini sampai benar-benar finish. Ya, sedikit lagi. Aku hampir sampai pada penghujung cerita. Hm, maafkan karena aku selalu telat nulis tahap perjuanganku. Ya, seperti ini. Aku nulis, emang didasari dengan mood dulu. Hehehe, bagian ini tolong jangan ditiru yah :D.

Untuk cerita kali ini, sesuai dengan judulnya yaitu 'Apresiasi Diri'. 

Gimana? Untuk yang tengah berjuang, bagaimana? Masih semangat? Pejuang pasti pernah merasakan tengah berada pada titik terendah, merasa benar-benar lelah. Butuh refreshing, butuh senang-senang, dan pengen banget kalau semua yang berkaitan dengan perjuangannya saat itu 'hilang sejenak'. Kayak pengen banget lupa bahwa kita lagi berjuang mati-matian. Bener nggak?

Aku pernah. Ya, aku pernah berada di titik itu.

Jadi, apa yang aku lakukan saat berada pada titik yang membahayakan itu? Bahaya, ya? Ya, cukup membahayakan sih menurutku. Karena titik itu, bisa melenakan kita untuk enggan melanjutkan perjuangan, bisa pula menambah energi kita untuk bekal agar bisa bangkit dan berjuang kembali. Kamu pilih yang mana?

Tentu, kamu harus pilih untuk bangkit dan berjuang kembali. 

Aku, saat itu sedang lelah-lelahnya dihantam habis-habisan dengan kesibukan yang MasyaAllah, semoga Allah senantiasa menyelipkan nilai pahala pada setiap kesibukan kala itu. Kesibukan yang beruntun, mulai dari kegiatan event nasional yang padat selama lima hari, kerjapun tetap jalan juga pada saat itu, pengurusan akreditasi jurusan, lalu disambung dengan ujian proposalku. Lelah? Iya, bohong kalau aku jawab 'aku tidak lelah' sama sekali. 

Kalau tidak salah ingat, hampir sebulan aktivitasku padat. Tapi alhamdulillah, saat itu memang proposalku sudah ACC, dan aku tinggal menunggu jawal ujian saja. Selebihnya, fokus pada persiapan event yang kusambi dengan kerja yaitu mengajar di sekolah. Setelah ujian proposalku berlalu, aku masih mengurusi hal-hal yang belum rampung untuk persiapan akreditasi. 

Aku ingat betul, kala itu aku sempat membuat instastory di Instagram terkait dengan tempat yang recomended untuk hiburan, sekadar melepas penat. Ya, itu adalah puncaknya. Iseng nanya, dan jawaban dari mereka beragam. Ada yang ngajak cover sholawat bareng, ada yang nyaranin buat safari masjid se-Kota Makassar, ada juga yang ngajakin liburan ke daerah sampai keluar negeri (tapi yang ini emang asli ngawur mah jawabnya), ya beragam lah. 

Sampai akhirnya, aku mikir. Pokoknya, setelah semua serba-serbi ini selesai, aku harus jalan-jalan. Kemana aja, pokoknya harus keluar jalan. Aku ngerasa bahwa pengen jauh-jauh dulu dari hiruk pikuk kampus yang sangat membosankan saat itu. Kalian mungkin ngga pernah ngerasain atau mungkin pernah juga ngerasain. 

Jadi, aku tu kalo ngeliat kampus rasanya mual, eneg, ngerasa ogah lagi ke kampus saking jenuhnya berhari-hari ada di kampus. Hahaha, ya emang aneh sih. Aku tipe yang seperti itu. Entahlah, susah juga dijelasinnya gimana. Intinya, saat itu aku pengen banget jauh-jauh dari kampus, ngga pengen ke kampus dan sekitarnya. Kebelet banget pengen jalan-jalan. 

Bagiku, itulah puncaknya diri butuh apresiasi. Lakukan apa yang ingin sekali kalian lakukan kala jenuh datang. Penuhi keinginan itu selama ngga merugikan pihak lain dan yang pasti bukan hal-hal negatif lah. Jangan sampai ya, apresiasi diri dengan hal-hal positif. 

Kenapa perlu? 

Nah, inilah yang namanya jeda. Gunakan jedamu dengan mengisi energi yang sudah hampir habis. Kalian bakal ngerasain nikmatnya berjuang kembali setelah apresiasi diri. Bukan yang seperti pejuang lupa dengan amanah ya. Ingat, tujuan tetap digenggam erat. Setelah apresiasi diri terlaksana, ingat bahwa kalian harus kembali melanjutkan perjalanan. 

Itulah yang aku lakukan saat itu. Jadi, beberapa hari kemudian, semua kegiatan yang berkaitan dengan kampus selesai. Waktunya untuk istirahat. Tepat sekali, karena pada saat itu aku mengutarakan keinginanku tentang rindu jalan-jalan di Gramedia lihat banyak buku yang tersusun di rak-rak gitu. 

Nah, salah satu adik kosku, bersedia menemaniku pergi ke Gramedia. Waktu itu, kita pilih di Mall Ratu Indah saja, selain mudah akses degan jalur pete-pete, juga aku mengutarakan bahwa belum pernah sama sekali menginjak Mall tersebut. Nah, kan. Akhirnya, kesampaian juga pergi jalan. Seneng banget dong, pastinya. 

Terus, kesana ngapain coba? Yaaa, apresiasi dirilah. Caranya ya itu tadi, melakukan hal yang pengen banget aku lakukan, yaitu jalan-jalan. Simple kok, aku cuma pengen jalan-jalan, jadi kemanapun itu ya nggak ada masalah. Cuma, pas kepikiran aja kalau aku udah lama nggak ke Gramedia lihatin buku banyak di rak jadi milih untuk ke gramed aja. 

Gramedia tu tempat yang paling asik kalo berkunjung ke Mall. Aku paling betah lama-lama di sana. Kalo biasanya, ada yang suka banget keliling cuci mata lihatin produk branded gitu, aku lebih suka ke Gramedia ya terus cuci mata ya di sana juga. 

Tapi, hari itu aku cuma lihat-lihat aja, beberapa buku yang hanya sekadar ditunjuk-tunjuk pengen dimiliki katanya. Haha

Sekadar buka tutup buku-buku yang sempat kupegang, dan menelusuri rak-rak buku yang menarik perhatianku. Sempat juga mengabadikan momen, yang sampai sekarang kalau aku lihat foto itu, cukup jelas menggambarkan kisah panjang ini. Beberapa foto tersebut, mampu untuk mendeskripsikan sebab akibat yang terjadi hari itu. Setelah merasa puas, kami berdua lalu memutuskan untuk pulang ke kost. 

Dalam perjalanan juga kepikiran buat singgah makan, kebetulan laper gegara belum makan malam. Jadi, kita sepakat singgah makan bakso raksasa yang tempatnya masih di jalan poros, sejalur dengan jalan pulang. Ceritanya, kita belum pernah nyoba makan bakso di tempat itu sih. Tapi penasaran pengen nyobain, akhirnya berbekal nanya sama temen yang pernah singgah makan ya kita bisa sampai juga di warung baksonya. 

Dan, benar-benar sesuai dengan ekspekstasi kita berdua. Ya, bakso raksasa beneran sih. Harganya murah meriah, rasanya ya rasa bakso seperti biasanya, ukurannya gede banget. Aku sampe maksain buat ngabisin baksonya. Karena emang ukurannya bener-bener ngga seperti bakso-bakso yang pernah ku makan dan mengenyangkan banget pastinya. Malam itu bener-bener puas banget jalan-jalannya. Sepulang dari petualangan singkat malam itu, tak lupa kuucapkan terimakasih padanya yang bersedia menemaniku. Se-simple itu sih, mengapresiasi diri. Rasanya setelah apresiasi diri gimana?

Satu kata aja; lega.

Pada dasarnya apresiasi diri memang penting untuk dilakukan ketika sudah waktunya untuk dilakukan. Kapan sih mengetahui bahwa diri kita sedang butuh apresiasi? Saat jenuh, semangat menurun, rangkaian perjuangan yang seharusnya sesuai dengan rutenya, tiba-tiba terhenti begitu saja. Tak apa, saat sedang mengalami situasi yang seperti ini, coba tanyakan pada diri sendiri. 

Aku pengen kemana? Pengen makan apa? Pengen ngapain ya? Tanyakan hal-hal sederhana ini pada diri sendiri. Lalu, penuhi. Pokoknya, hal yang pengen banget kamu lakukan saat itu, ya penuhi. 

"Ah, takut nanti kalau aku penuhi keinginanku malah tambah nyaman dengan jeda-ku."

Nah, kalau keadaan dan situasi pada akhirnya setelah apresiasi diri seperti itu, berarti kita ngga serius untuk berjuang. Berarti kita lupa tujuan utama kita berjuang itu apa. Kalau saja, setelah apresiasi diri lantas membuat diri jadi lupa dengan fakta bahwa kita lagi berjuang, ingat kembali tujuan awal kita sehingga memutuskan untuk berjuang. Apa masih belum bisa dikendalikan juga? Aku bisa bilang bahwa kita sudah menjadi pribadi yang tidak bertanggung jawab dengan diri sendiri. 

Maka, setelah memberikan jeda untuk nyaman menguasai diri, saat itu pula kita harus siap untuk segala risiko yang tak diinginkan akan terjadi. Kalau sudah begini, jangan salahkan siapapun. Tentu diri sendirilah penyebab utamanya. Hindari hal-hal seperti ini ada pada dirimu, yah.

Ingat kembali hal yang ingin sekali kamu gapai saat perjuanganmu selesai. Sekarang gini, untuk perjuangan yang kumaksudkan disini adalah perjuanganku menyelesaikan tugas akhirku (re: skripsi). Kalau saja, saat itu aku tidak mengapresiasi diri, aku sangat yakin bahwa jenuhku akan terus berlanjut dan aku jadi enggan untuk melanjutkan perjuanganku. 

Beliau yang bersedia menamaniku untuk proses apresiasi diri, tapi sayang ini bukan potret kala di gramedia. Tapi momennya mirip, kita lagi keliling lihat buku (Sumber: potret pribadi)

Sebagai penutup, ada salah seorang adik yang beberapa hari ini katanya butuh untuk di-semangat-in. Sekalian ya, disampaikan disini aja. Setelah tulisan ini terbit, dia bakal jadi orang pertama yang aku kirimin link-nya. 

Butuh semangat itu, konteksnya luas. Aku bingung harus bilang apa melalui tulisan ini. Yang pasti, semangat itu sangat dibutuhkan kala kita tengah dalam perjalanan untuk memperjuangkan. Hm, identik lah dengan perjuangan. 

Soal skripsi; serba-serbinya cuma butuh dikerjakan, dikerjakan, dikerjakan, diusahakan dengan menghubungi/mendatangi dosen, diselesaikan revisinya, diurus administrasinya untuk sampai pada tahap ujian. Nggak perlu lari-larian ngerjainnya, karena kita ngga lagi ikutan lomba lari. Ingat, setiap individu beda masanya. Jangan samain masa kita dengan orang lain. Asal selama memperjuangan untuk menyelesaikannya, kita benar-benar serius untuk menuntaskan. Yang salah itu, kalau punya niat atau sekadar pengen menyelesaikan, tapi segala embel-embelnya ngga diusahakan. Percaya atau ngga percaya, kala menyelesaikannya, porsi ujian setiap individu beda-beda. Ada yang semangat antusias ngerjain tanpa jeda, pantang menyerah tak kenal lelah, nyatanya ujiannya ada pada dosennya yang tidak mendukung. Ada lagi yang dosennya pada nanyain mahasiswa bimbingannya, eh malah mahasiswanya yang ngga serius. Banyak lah, tapi bagiku yang paling penting adalah mengusahakan untuk menuntaskan. Karena mengusahakan itu sudah mencakup keseluruhan, jangan lupa untuk meminta juga pada-Nya agar urusan selalu dimudahkan. Semangat ya :)

Soal kesibukan lainnya; kamu hebat, kok. Ngga diragukan lagi. Kesibukan yang mungkin sudah membuatmu sampai pada posisi jenuh, lelah, dan butuh disemangatin itu cukup diobati dengan istirahat. Ambil dan nikmati jeda, sejenak saja. Lakukan hal yang menyenangkan, hal yang kamu sukai. Luangkan waktu beberapa jam saja untuk melakukannya. Jangan sampai tertekan, kesibukan itu hadir dan mungkin sampai numpuk itu juga karena pilihanmu sendiri, kan? So, nikmati dan tanggung jawab dengan menerima semua risikonya. Kesibukan juga adalah salah satu nikmat kita masih diberi kesempatan untuk berbagi pada sesama, lho. Apapun itu, salut padamu.

Anyway, aku ngerasa tulisan ini istimewa banget sih. Ending-nya, dikhususin buat seseorang yang selalu bilang;

"Butuh semangat aja, kak."

Pokoknya, tetaplah mekar. Jangan layu, yah. Aku selalu menunggu kabar baik apapun itu darimu. Setelah baca ini, tolong senyum yah. Jangan senyum manis, nanti yang lihat bisa kena diabetes gara-gara senyum manismu. Heheheh





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam kenal dari ViiJourney buat semua Sobey yang sempat baca tulisan dalam blog ini. Sini, tinggalkan komentar di bawah. Kita saling sapa :)